Tradisi Munggahan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia menjelang bulan puasa Ramadhan. Munggahan berasal dari kata “unggah” yang artinya mengangkat atau menaikkan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kebersamaan, mempererat tali silaturahmi, dan berbagi rezeki dengan sesama sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Biasanya, Munggahan dilakukan dalam bentuk acara bersama antara keluarga, tetangga, atau komunitas. Mereka saling berkumpul untuk mengadakan makan bersama dan berbagi hidangan dengan menu khas Indonesia seperti nasi tumpeng, opor ayam, ketupat, dan makanan tradisional lainnya. Hal ini juga menjadi momen bagi masyarakat untuk berbagi rezeki dengan memberikan makanan kepada yang membutuhkan, seperti tetangga yang kurang mampu atau fakir miskin.

Di minggu terakhir sebelum Ramadhan kemarin, saya juga ikut melakukan tradisi Munggahan ini. Ada tiga acara yang saya ikuti. Pertama di kantor, lalu di keluarga besar Joss Gandoz, dan terakhir bersama keluarga Andri dan Ubai yang kami sering berlibur bersama.

Acara di kantor sebenernya dadakan. Tapi ternyata seru juga. Dengan hidangan nasi kebuli dan es dawet yang luar biasa enak, kami hidangkan saat makan siang terakhir usai Shalat Jumat.

Munggahan keluarga besar Joss Gandoz mengobati kerinduan keluarga besar yang lama tidak jumpa. Berlangsung di rumah Oom Fari dan Tante Titi, hidangannya benar-benar melimpah dan lezat. Mulai dari Tahu Gimbal khas Semarang, Nasi Kuning, sampai dengan Bakwan Malang. Belum lagi es setup dan jajanan pasar yang juga hadir di ruang tengah. Semakin membuat gayeng suasana obrolan keluarga besar yang selalu penuh gelak tawa.

Terakhir, Munggahan dengan keluarga liburan adalah dinner di Chao Prya, restoran Thai yang cukup ekslusif dan hidangannya pun top punya.

Alhamdulilah, dengan adanya tradisi Munggahan, kami dapat mempersiapkan diri secara spiritual dan sosial sebelum menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Semoga ibadah puasa Ramadhan dapat kami jalankan secara khusyuk. Aamiin.