Kemarin dua saudara Rafif, Aya dan Rangga (sepupu) menyusul ke Singapura. Kedatangan dua mahasiswa UGM dan UI ini cukup memberikan PR. Mau diajak ke mana? Secara mereka juga sudah beberapa kali datang ke Singapura.

Akhirnya saya punya ide. Tour de campus. Mengunjungi dua kampus. Kampus Rafif dan kampus saya. Agar dua mahasiswa UGM dan UI ini bisa mendapatkan perbandingan. Kampus tidak hanya seperti yang di Bulaksumur atau Depok.

Jadi pagi harinya, kami mengantar Rafif untuk mengikuti acara pendaftaran mahasiswa Internasional. Setelah Rafif bergabung dengan teman-teman seangkatannya, kami bertiga lalu jalan-jalan melihat-lihat kampus.

Kampus LASALLE di McNally Street Singapore memang bagus. Artistik dan nyeni. Banyak ruangan untuk duduk santai dan mencari inspirasi. Khas kampus art banget deh. Tapi ya memang tidak besar. Kata Rangga, “Sama FEB UI aja kalah besar”.

Ya iya lah. Sama FEB UGM juga. Intake LASALLE setahun pasti masih kalah dengan kampusnya Aya dan Rangga itu. Secara LASALLE hanya merupakan akademi khusus arts. Tidak seperti UI ataupun UGM yang “uni-varsity“.

Akhirnya setelah Rafif selesai dengan urusannya, kita kemudian beranjak. Kali ini tujuannya ke ujung barat Singapura. Ke lokasi kampus di mana saya sempat ikut duduk di bangku kuliahnya: Nanyang Technological University (NTU).

Kampus saya ini letaknya cukup jauh. Di daerah Jurong, sebelah barat Singapura. Dulu saat kuliah, untuk sampai di kampus, harus naik MRT ke stasiun paling ujung barat: Boon Lay. Baru dilanjutkan naik bis ke dalam kampus.

Sekarang ini jalur MRT dan LRT di ujung barat sudah bertambah. Selepas Boon Lay masih ada 4-5 stasiun lagi. Tapi kali ini kita turun di stasiun Pioneer. Satu stasiun setelah Boon Lay. Dari situ kita kemudian naik bis.

Terakhir saya mengunjungi kampus adalah di tahun 2010. Saat reuni dengan teman-teman SIF. Ternyata waktu 9 tahun sudah cukup membuat saya pangling dengan keadaan dalam kampus. Ditambah lagi dengan kapasitas memori yang pastinya sudah menurun.

Jadinya kita nyasar dong. Tadinya saya berencana untuk turun di School of Communication. Yang dekat dengan Hall 7. Yang notabene dulu adalah Hall teman saya yang sering saya kunjungi. Jadi moga-moga masih hafal.

Sialnya, kita terlalu cepat untuk turun. Malah turun di kampus Chemical Engineering. Karena ingat dulu kampus NTU sebetulnya tersambung satu sama lain, saya pun nekad mengajak anak-anak ini untuk berjalan ke arah tengah kampus. Dengan harapan akan menemukan North and South Spine complex yang dulu sangat familiar bagi saya.

Alas. Ternyata NTU telah menjelma menjadi kampus yang luar biasa besarnya. Kita pun tersesat. Celingak celinguk mencari jalan. Persis main first person computer games. Masih untung nggak ditanyain satpam. Akhirnya setelah setengah jam berjalan tanpa hasil, kami kembali ke halte. Dan naik bis lagi. Kali ini untuk turun di halte School of Communication yang saya lebih familiar.

Alhamdulillah, akhirnya memang saya berhasil menemukan Nanyang Business School. Tempat yang walaupun sebentar saya singgahi, namun banyak merubah cara berpikir saya sebagai mahasiswa. Ikut membuka cakrawala saya ke dunia yang lebih internasional. Untuk itu, saya akan selalu mengenang tempat ini.

Akhirnya setelah puas foto-foto dan melihat kampus yang terus terang sudah tidak lagi familiar, kami akhirnya kembali ke tengah kota. Tak lupa menyinggahi Jurong Point Mall. Mall terdekat bagi mahasiswa NTU (saat  itu) untuk nonton film, makan di restoran, atau sekedar cuci mata.

Pengalaman mengunjungi dua kampus yang sangat berbeda. All in Singapore 🙂