Malam ini saya memutuskan untuk ber-itikaf di Masjid Al Hidayah, kompleks Departemen Keuangan.

Mengendarai “The Superman” Brompton, saya sampai di Masjid setengah jam lewat tengah malam. Masjid jauh lebih sepi daripada Masjid Pondok Indah. Jamaah pria maksimal hanya 20 saat saya datang, dan banyak yang sedang tidur.

Tapi kondisi masjid yang full air conditioned, langsung membuat perasaan nyaman. Segera saya ambil penyangga Quran dan menempatkan diri di salah satu sudut Masjid. Alhamdulillah masjid juga menyediakan air mineral untuk menemani jamaah itikaf.

Segera saya melakukan sholat tahiyattul masjid dan setelahnya membaca Quran. Suasana yang sepi membuat saya tidak leluasa melantunkan ayat suci Al Quran, karena di samping saya juga bisik-bisik. Berbeda sekali dengan di Masjid Pondok Indah yang suara alunan kalam ilahi bersahut-sahutan di tengah jamaah yang membludak. Ah, ya ini konsekuensi logis dari masjid yang tidak terlalu ramai.

Menjelang pukul 2 pagi, jamaah semakin banyak yang berdatangan. Sebentar kemudian, pengurus Masjid terlihat membangunkan jamaah yang tertidur. Saatnya shalat tahajuud berjamaah.

Lampu masjid pun dimatikan agar suasana semakin khusyu‘. Shalat tahajud dilakukan 8 rakaat, dan di sela-sela setiap dua rakaat dibacakan tahlil dan doa-doa pendek.

Usai shalat tahajud, ustad kemudian memberikan tausiah selama 30 menit, yang kemudian dilanjutkan dengan sahur bersama.

Alhamdulillah, begitu nikmat merasakan suasana Ramadhan dengan ber itikaf di akhir bulan suci ini. Terima kasih juga kepada Pemerintah yang telah memberikan libur bersama di akhir Ramadhan, yang memungkinkan lebih banyak lagi warna untuk dapat menunaikan itikaf tanpa kepikiran untuk kerja saat fajat menyingsing. Betul-betul nikmat yang sayang untuk terlewatkan.

Ijinkanlah aku untuk bertemu dengan Ramadhan tahun depan ya Allah. Aamiin Allahuma Aamiin….