Sekitar 1 km sebelum finish cycling leg, saya memutuskan untuk melakukan breakaway. Aksi melepaskan diri dari peloton dan melesat sendirian.

Layaknya pembalap pro di Grand Tour, aksi breakaway saya diikuti beberapa cyclists lain di peloton saya. Walaupun pada akhirnya saya berhasil finish lebih dulu dari teman-teman satu peloton. Karena memang saya conserve energy dengan nggandol di peloton sepanjang durasi cycling leg. Saya memilih tidak pernah jadi wind breaker.

• 

• 

Saya start di jam 05.40. Bersama dengan 8 peserta lain. Awalnya saya ambil posisi depan dan me-lead peloton. Karena kebetulan saya yang sempat ikut orientasi route minggu lalu, jadi saya yang sepertinya paling tahu jalan.

Tapi tidak sampai 1 km, saya sudah disalip.

• 

• 

Saat disalip, saya baru teringat strategi pembalap sepeda professional. Kenapa saya nggak drafting (nggandol di belakang cyclist lain) di belakang mereka? Lumayan menghemat tenaga.

Jadilah saya drafting pemimpin peloton group saya ini. Awalnya speed mereka masih damai. Sekitar 30-33 km/jam. Saya masih bisa ikuti. Tapi lama-lama dua orang terdepan ini meningkatkan kecepatan. Saya lihat di cyclo computer kecepatan sudah 38 km/jam. Tapi HR saya juga sudah merembet ke zona maksimum. Dengan penuh kesadaran diri, saya pun “copot” dari peloton terdepan. Kurangi kecepatan. Hemat tenaga. Saya pikir toh perlombaan masih panjang.

Jadilah saya kembali ke speed “damai”. Sekitar 30 km per jam. Sampai kemudian peloton yang di belakang mulai mendahului saja. Kebetulan.

Di situlah kemudian saya memutuskan untuk nggandol peloton sepanjang lomba. Sangat menghemat energi sambil menjaga jarak dengan peserta lain. Saya lakukan sepanjang leg, sampai 1 km saat saya breakaway sebelum finish yang saya ceritakan di atas.

Tapi ternyata aksi breakaway saya itu berujung ke running leg. Energi saya cukup terkuras. Jadinya di awal running leg, pace lari saya ya seadanya. Dua peserta yang tadi saya tinggal saat breakaway, menyalip saya dengan sukses. That’s why, that breakaway was only good for show. They made me run for the money. LOL

Tapi sebetulnya running leg saya tidak jelek-jelek amat. Jarak 5km saya selesaikan dengan pace rata-rata 6:48 menit per km. Oke lah, masih dalam pace normal saya. Padahal saya baru menyelesaikan cycling leg yang cukup menguras tenaga. Mungkin peserta lain saja yang memang veteran runner. Hehehe.

Sedikit demi sedikit saya recover tenaga saya. Dengan mengatur cadence, nafas saya pun lebih terjaga. Saat menyelesaikan running leg, saya bahkan merasa bisa lari 5 km lagi. Beneran.

Akhirnya sampai lah saya ke leg yang terakhir: golf.

Ini kali ketiga saya mengikuti GOTTONG, golf triathlon yang diselenggarakan OB Golf. Di dua seri sebelumnya saya selalu tidak bisa menampilkan permainan baik saya di golf. Padahal golf olahraga yang sudah saya kuasai duluan.

Tapi ternyata tidak hari ini.

Walaupun sudah hampir 2 bulan tidak mengayunkan stik golf, ternyata permainan golf saya lagi bagus. Tee off sih masih susah mendarat di fairway. Tapi iron shots dan approach hybrid saya cukup solid. Apalagi putting. Banyak clutch putts dan 1-putt yang berhasil saya masukkan. Padahal green di Imperial Golf Club cukup licin dan menantang. Saya pun mencatat skor terbaik saya tahun ini. Betul kata orang, putts for dough, baby.

Alhamdulillah, GOTTONG ketiga saya berhasil saya selesaikan dengan manis. Karena official times belum keluar dari panitia, maka saya tidak tahu urutan ke berapa saya kali ini.

Tapi itu tidak terlalu penting. Saya cukup bahagia dengan performa saya hari ini. Yang sepertinya meningkat dari dua kali keikutsertaan saya sebelumnya. Alhamdulillah.