Akhirnya saya lulus juga jadi Sarjana Covid.

Setelah isoman selama 9 hari, tes PCR saya negatif. Tanda kalau virus Covid yang sudah bersemayam akhirnya hilang dari tubuh saya.

Jujur, awalnya tidak menyangka kalau harus terkena badai Covid. Apalagi kan baru seminggu sebelum terpapar, saya sudah booster.

Kadarullah, wafatnya Mas Oyi di hari Jumat lalu membawa pertahanan fisik dan mental saya runtuh. Ditambah dengan kumpul keluarga di saat takziah, baik di RS, Masjid sampai di Purwokerto, yang kita seringkali abai prokes. Larut dalam kesedihan yang mendalam.

Jadilah akhirnya saya terkena Covid. Dan disusul Elok, istri saya tiga hari kemudian. Dan ini membentuk kluster keluarga Joss Gandoz. Hampir semua keluarga dekat yang takziah kemarin, ada anggota keluarganya yang positif.

Untunglah, berkat vaksinasi, Covid yang menerpa tidak lah parah. Rata-rata hanya seperti sakit flu biasa. Saya sendiri yang paling parah di hari kedua dan ketiga, di mana saya sering batuk dan mengakibatkan tenggorokan sakit. Tapi setelah mendapatkan obat paket Isoman dari telemedicine kantor, Alhamdulillah gejala segera menghilang. Tinggal batuk saja yang kadang datang.

Hanya saja, tertularnya kita dengan Covid ini membuat rencana kita untuk ke Belanda menjemput Aya, yang graduation dan sudah selesai kuliah di sana jadi berantakan. Visa yang kita sudah apply pun tak terpakai. Masih untung tiket pesawat bisa di-reschedule ke tahun depan.

Yah mungkin memang Allah belum mengijinkan. Tapi tak mengapa. Yang penting badan kembali sehat. Dan Insya Allah pasti akan mendapatkan waktu lebih baik untuk berkunjung ke sana.