
Kembali di dalam liburan ke Perth kali ini saya berkunjung ke Pinnacles. Salah satu obyek wisata andalan dari kota Perth.
Pinnacles ini merupakan komposisi batu unik. Yang terletak di sebuah gurun pasir di pinggir pantai di daerah Lancelin, Australia Barat.
Untuk sampai di Pinnacles, kami harus menempuh perjalanan selama 2 jam dari Perth.
Sama seperti di tahun 1998, saya juga mengikuti tur lokal. Membayar sekitar 2,5 juta rupiah. Sudah termasuk transportasi, makan malam, dan kunjungan ke obyek wisata Pinnacles dan Lancelin Dunes.
Agak sedikit berbeda dengan yang saya ikuti di tahun 1998. Dulu Lancelin Dunes belum menjadi obyek wisata. Seingat saya, kami mengunjungi ranch (peternakan) lokal untuk makan malam dan menikmati minuman hangat atau wine.
Sand Surfing di Lancelin Dunes
Daya tarik Lancelin Dunes selain alamnya yang cukup instagramable adalah aktifitas sand surfing. Di sini dengan menggunakan sand board, Anda bisa meluncur dari bukit pasir. Terbayangnya sih seru. Tapi entah kenapa, saya berkali-kali tidak berhasil meluncur. Selalu terhambat pasir sehingga mogok di tengah luncuran. Mungkin berat badan yang kurang, hehehe.

Anyway, cukup menyenangkan kunjungan ini. Di musim semi ini walaupun matahari bersinar terik, tapi udara tidak panas. Dan pasir di Lancelin Dunes pun somehow rasanya dingin.
Dengan pemandangan yang cantik dan hawa yang segar, kita cukup betah juga berlama-lama di sini. Walaupun saya tidak sukses sand surfing. Hehehe.
Stargazing di Pinnacles
Salah satu yang dijual oleh tour lokal kami adalah aktifitas star gazing. Karena berada di alam terbuka, maka kemungkinan untuk melihat bintang-bintang di langit sangat besar. Ini juga yang membuat Elok memutuskan untuk mengambil tour ini. Maklum, di Jakarta mana bisa kita lihat bintang. Selain penuh dengan lampu perkotaan, udara Jakarta yang berpolusi juga membuat langit tidak cerah dipandang.
Kami sampai di Pinnacles sesaat sebelum sunset. Masih sempat untuk mengambil foto-foto cantik. Dan mengagumi keindahan bebatuan lancip di tengah gunung pasir yang menguning.

Saat para wisatawan sibuk mengambil foto dan mengagumi keindahan sunset di Pinnacles, tour guide kami sibuk menyiapkan peralatan makan di dekat bis kita diparkir.
Ternyata mereka menyiapkan makanan dinner dan beberapa minuman. Bagi kami hanya soda, karena yang lain beralkohol. Untuk makanan, disediakan sepotong hot dog yang cukup besar. Lumayan lah untuk makan malam, secara kita juga tidak punya meja makan di situ. Hanya kursi-kursi lipat yang disusun setengah lingkatan. Not a bad setting. Saya dan Elok malah mendapatkan sepasang kursi yang bersender di dekat salah satu batu Pinnacles besar untuk kita bersantai menunggu malam.


Akhirnya malam pun datang. Dan tour guide mengajak kita untuk mengintip bintang melalui teropong besar yang mereka bawa. Dari teropong itu memang kita bisa melihat bintang Alpha Centauri yang bersinar sangat terang. Seperti melihat kilauan permata.

Sayang malam itu langit agak berawan. Sehingga tidak semua hamparan bintang di galaksi Bima Sakti bisa kita lihat. Namun sudah cukup mengagumkan melihat banyak sekali hamparan bintang yang selama ini tidak pernah terlihat di Jakarta.
Sungguh pengalaman yang menyenangkan. Kembali ke Pinnacles setelah 26 tahun, dan bersama dengan istri tercinta, semakin mempertebal kenangan terhadap salah satu landscape unik di West Australia ini.
