Bangga dengan Timnas Kantor Cabang

Saya dan Rafif sebelum pertandingan

Kemarin untuk kesekian kali, berkesempatan untuk menyaksikan Timnas Indonesia bertanding. Setelah meraih hasil positif dengan menahan imbang langganan Piala Dunia Saudi Arabia di kandangnya, giliran tim benua Kangguru, Australia yang akan dijamu oleh Timnas.

Pertandingan kembali berlangsung di GBK, setelah sebelumnya sempat dirumorkan akan dipertandingkan di Surabaya. Tiket yang sold-out tergambar dengan meriahnya dukungan penonton yang memasuki area GBK.

Memasuki antrian pemeriksaan GBK

Saya pun mengajak Rafif, anak saya, yang sebetulnya bukan penggemar sepakbola. Namun karena ini untuk mendukung Timnas Indonesia yang akhir-akhir ini menanjak prestasinya, sepertinya Rafif jadi ikut bersemangat.

Dan memang kita berdua bangga menyaksikan Timnas Indonesia mampu berbicara melawan tim kelas dunia. Walaupun belum berhasil menang, tapi imbang 0-0 melawan tim yang peringkat 24 dunia, jauh di atas kita, itu sesuatu banget.

Soalnya hampir seumur hidup selalu jadi supporter Timnas, mungkin 70% pengalaman selalu pulang dengan gontai. Misuh misuh dewe. Bisa dicek di banyak postingan saya di blog ini.. hehehe…

Jadi ini welcome progress lah.

Tapi Timnas nya kok isinya keturunan Belanda semua?

Betul, meroketnya prestasi Timnas Indonesia akhir-akhir ini tidak lepas karena langkah gercep dari PSSI arahan Pak Erick Thohir untuk merangkul diaspora talenta sepakbola Indonesia di luar negeri. Terutama dari Belanda.

Dengan hanya menyisakan dua orang pemain asli lokal Indonesia di starting line-up, yakni Rizky Ridho dan Marselino, terbukti kualitas permainan memang meningkat. Karena pemain diaspora ini digembleng dari kecil melalui sistem pelatihan sepakbola yang terkenal jauh lebih maju di Belanda. Jadi mereka juga lebih bisa menterjemahkan strategi dan taktik yang diinginkan oleh Shin Tae Yong, pelatih Timnas Indonesia, yang juga berkelas dunia.

Makanya sekarang ada julukan kalau Timnas kita adalah Timnas Belanda Cabang Indonesia. Hehehe.

Ya nggak papa. Sambil berharap talenta lokal bisa terpacu meningkatkan permainan dan berkompetisi secara sehat (contoh: Rizky Ridho). Dan PSSI semakin memperhatikan pengembangan bakat dari grass root. Insya Allah kalau istiqomah begini, Indonesia akan lebih bisa berbicara di tingkat Asia. Syukur-syukur masuk Piala Dunia.

Lagian, kan prosesnya dijalankan dan mengikuti peraturan dan ketentuan FIFA. Tidak melanggar.

Nggak kayak yang namanya mirip nama belakang saya.. yang berusaha merubah peraturan, bahkan UU untuk menggolkan anaknya. Eeeaaaa…

Leave a comment