Jauh-jauh Pergi, Perjalanan Masih Jauh

Seorang supporter Timnas di Stadion Allianz Moore Park Sydney

Kisah Luis, Supporter Argentina

Enam tahun lalu di Kazan, Russia, saya ngobrol dengan salah satu supporter tim sepakbola Argentina. Namanya Luis. Di tengah-tengah perhelatan Piala Dunia 2018. Menemuinya di Kazan cukup mengejutkan buat saya. Karena saya datang di saat tahap perempat final. Argentina baru saja disingkirkan Perancis di fase sebelumnya. Namun si supporter ini masih berada di Russia and still in full spirit.

Cerita si Luis ini menarik. Bagi sebagian besar rakyat Argentina, pergi nonton ke Piala Dunia itu ibaratnya seperti “naik haji”. Perjalanan ‘wajib’ sekali seumur hidup. Berangkatnya dibela-belain. Sampai keluar dari pekerjaan, menguras tabungan, bahkan jual rumah. Termasuk si Luis, yang berhenti dari pekerjaannya demi nonton Argentina di Piala Dunia.

Dan kalau sudah berangkat, mereka booking flight dan penginapan selama sebulan penuh. Selama masa penyelenggaraan Piala Dunia tersebut. Tentu dengan harapan, Argentina akan go all the way. Sampai Final, bahkan juara.

Jadi bagaimana dong kalau Argentina sudah kalah dan angkat koper lebih awal? Ya, nasib. Seperti yang dialami si Luis. Dia tetap berada di Russia, sampai akhir Piala Dunia. Walaupun Messi dkk sudah angkat koper, tapi dia tetap bersemangat hadir di sana sebagai fans sepakbola. Menyaksikan dan merasakan atmosfir puncak pesta sepakbola.

Kecewa di Australia

Dalam kekecewaan usai peluit panjang pertandingan Australia melawan Indonesia ditiupkan, saya jadi ingat dengan fans Russia yang saya temui di Kazan. Merasa senasib. Memang nasib baik masih belum berpihak kepada kita. Jauh-jauh saya dan beberapa teman pergi ke Australia untuk mendukung Timnas, kekalahan telak yang didapat.

Bersama teman-teman supporter Timnas yang jauh-jauh datang ke Australia

Padahal Indonesia mengawali pertandingan dengan baik. Pada 10 menit pertama, seakan-akan darah “Total Football” dari Belanda mengalir deras di tubuh Timnas kita. Socceroos berkali-kali diserang. Jay Idzes hampir mencetak gol dari set-piece apabila tidak ditepis oleh kiper Australia yang tampil brilian.

Puncaknya adalah saat Indonesia mendapatkan penalti karena Struick dilanggar di kotak penalti. Saya, yang duduk di area tempat pendukung tim tuan rumah, sontak berdiri mengangkat tangan.

Tapi ternyata Kevin Diks gagal memanfaatkan peluang tersebut. Bola sepakannya mengenai tiang gawang. Stadion membahana dengan pendukung tim Australia yang kembali mendapat angin.

Merah Putih Membahana

Padahal sebelumnya stadion Allianz Moore Park seakan-akan menjadi kandang Garuda. Teriakan “In-Do-Ne-Sia!” lantang bergemuruh. Lagu “Kita harus menang” berkumandang dari seluruh penjuru stadion.

Dan suasana “Merah Putih” sudah terasa sejak pagi hari di downtown Sydney. Di pusat kota dekat Queen Victoria Building dan sepanjang jalur tram, supporter dan diaspora Indonesia banyak terlihat dengan kaos merah putih. Semakin sore semakin banyak.

Berpose di townhall Sydney dengan Sydney Tower di latar belakang

Saya yang saat itu sedang berbelanja di daerah dekat QVB, sempat mencuri dengar perbincangan warga Sydney yang heran, seraya menunjuk ke arah saya “Why today all people wear this red shirt? Is there a game now?”

Hehehe… saya pura-pura tidak dengar saja. Ya mungkin, gairah dan semangat warga Sydney atau Australia keseluruhan tidak sebesar kita. Pertama, sepakbola tidak sepopuler rugby atau cricket di negara kangguru ini. Dan kedua, lolos ke Piala Dunia bukan hal yang luar biasa, karena sudah beberapa kali mereka lakukan.

Beda kontras dengan bangsa kita, yang sedang dilanda euphoria karena peluang untuk lolos langsung akan sangat terbuka apabila kita dapat mengalahkan, atau setidaknya mencuri poin dari Australia.

Apa daya, setelah kegagalan penalti Kevin Diks tersebut, justru Indonesia yang diganjar penalti. Dan dapat diselesaikan dengan baik oleh pemain Australia.

Kalah Cerdik dari Kangguru

Malapetaka terjadi saat clearance Thom Haye ke Martin Paes terlalu lemah. Bola diserobot penyerang Australia yang lantas berhadapan 1 on 1 dengan Paes. Dalam waktu 3 menit, kepercayaan diri pemain runtuh karena langsung tertinggal 0-2.

Sejak saat itu permainan Timnas menjadi lebih tidak terarah. Masih tetap menyerang dan mengendalikan possesion. Namun The Socceroos lebih cerdik. Mereka tetap bermain hati-hati. Memperkuat area tengah pertahanan. Membuat sulit umpan terobosan bagi penyerang kita. Akibatnya Timnas hanya bisa mengoper ke samping. High possession, low threat.

Hanya bisa meringis menyaksikan Garuda kalah telak

Dan akhirnya Australia memang menunjukkan kualitasnya sebagai tim ranking duapuluhan di dunia. Mereka berhasil mengakhiri pertandingan dengan skor 5-1. Garuda dengan kenaifan strategi menyerang dari Patrick Kluivert jatuh terkulai dari angkasa. Di menit-menit akhir pertandingan, chant supporter Timnas kembali membahana. Tapi ironisnya kali ini memanggil-memanggil “Shin Tae Yong”. Kekecewaan tampaknya memuncak. Karena selain kalah telak, tampaknya pendukung masih belum bisa move on dari kepergian coach STY yang keputusannya diragukan oleh sebagian besar pendukung.

Masih Ada Harapan

Tapi sudah lah. Nasi sudah menjadi bubur. Toh pintu ke Piala Dunia belum tertutup. Memang sudah mustahil untuk lolos langsung. Namun peluang untuk menjadi tim di peringkat 3 dan 4 Grup A masih sangat realistis. Apabila kita bisa mengalahkan Bahrain hari Selasa malam, dan kemudian Cina di jadwal pertandingan mendatang, kita masih bisa lolos melalui tahapan berikutnya. Walaupun tidak lebih mudah, karena harus bersaing dengan langganan Piala Dunia lain seperti Arab Saudi, Qatar dan Iraq.

Terasa berat? Tidak optimis untuk lolos ke Piala Dunia? Bagaimana kalau malam ini kita gagal meraih poin penuh melawan Bahrain? Atau saat menjamu China nanti?

Ya berarti memang belum saatnya kita menyaksikan Timnas di Piala Dunia. Tapi mungkin kita bisa belajar dari supporter Argentina yang saya temui di Kazan tadi. Menjadi fans sepak bola tanpa harus mendukung timnas negaranya yang sudah tidak lagi berlaga.

Tapi selama asa itu masih ada, yuk bisa yuk Garuda!

Epilogue

Saksikan pengalaman saya di Australia yang diakhiri dengan kegembiraan di GBK usai Timnas menang lawan Bahrain:

Vlog: “Kecewa di Australia, Gembira di GBK”

2 Comments Add yours

    1. Ibenimages's avatar Ibenimages says:

      Yeess… go Garuda!

Leave a reply to ahmadsuganda Cancel reply