
“Jumbo”, film animasi produksi Visinema, telah mencatatkan sejarah dengan melampaui 7 juta penonton. Mimpi besar dari sutradara film ini, Ryan Adriandhy, yang membutuhkan waktu 5 tahun dari awal menggagas sampai hadir ke layar lebar, terbayar lunas.
Kemarin saya dan Rafif, walau agak terlambat, ikut menyaksikan fenomena terkini sinema Indonesia ini. Dan kami berdua setuju, kalau “Jumbo” adalah animasi terbaik yang pernah diproduksi Indonesia. Meski ada beberapa catatan. Berikut ulasan singkat saya.
Karakter Kurang Indonesia
Karakter Jumbo dan teman-temannya menawarkan animasi yang memukau. Tetu saja ini bukan (belum) level Pixar. Tetapi, gerakan dan ekspresi mereka hidup, meski karakter Don terasa kurang “Indonesia” dari warna kulit dan penampilan. Mungkin hanya Nurman yang menurut saya Indonesia banget. Ya namanya juga “Don” sih. Judul film pun merupakan adaptasi dari kata asing. Jadi mungkin memang disengaja.
Lingkungan dalam film juga menjadi sorotan. Meski sudah dihiasi pernak-pernik khas Indonesia, set kampung atau kota kecilnya lebih mirip kota tua Eropa. Ini sedikit mengurangi rasa lokal yang saya harapkan.
Whimsical but Magical
Seperti halnya banyak film Animasi, “Jumbo” juga dibuat secara whimsical. Kadang ada adegan yang tidak logis, dan menggabungkan antara dunia khayal dan dunia nyata. Wajar saja kan? Namanya juga film animasi.
Ceritanya sendiri dimulai dengan sederhana, tapi mengejutkan dengan plot twist di akhir yang seru dan tak terduga. Sayangnya, pacing di tengah film terasa lambat. Ada momen saya merasa bosan dan mengantuk, meski akhirnya film ditutup dengan apik.
Puncak film ini adalah adegan Don dan teman-teman tampil pentas yang luar biasa. Warna-warni yang memanjakan mata dipadukan dengan lagu OST yang dinyanyikan apik oleh pemain utama. Tambahan lagi remake lagu “Kumpul Bocah” dari Malik & D’Essentials yang sukses menggugah nostalgia. Saya hampir menitikkan air mata, teringat masa kecil saat mendengar versi Vina Panduwinata. Soundtrack ini benar-benar pas!
Momentum Film Animasi Indonesia
“Jumbo” bukan cuma sukses secara komersial, tapi juga membuktikan potensi animasi Indonesia. Semoga ini jadi momentum bagi produser untuk menghadirkan lebih banyak karya animasi berkualitas. Saya pribadi sangat berharap hal ini juga membuka inspirasi dan peluang Rafif untuk ikut berkarya di industri ini. Meski ada kekurangan, “Jumbo” adalah langkah besar yang patut diapresiasi. Terlebih-lebih saat trend ilustrasi Artificial Intelligence yang menggores hati banyak seniman saat ini.