The Big Finish: Menggugah Ingatan dari Musik 90an

Mr, Big di Festival 90s Jakarta

Salah satu kekuatan musik adalah menggugah ingatan. Hippocampus dan frontal cortex, dua bagian utama dari otak yang menyimpan memori, teraktifkan saat kita mendengarkan musik. Seketika ingatan, dan kadang perasaan, seperti kembali merasuk ke tubuh. Entah itu memori sedih atau riang.

Mungkin ini juga sebabnya event musik klangenan menjamur akhir-akhir ini. Seperti Festival 90s yang digelar di area Jakarta Expo Kemayoran semalam.

Ribuan generasi 90an memenuhi empat panggung yang menghadirkan artis-artis yang jaya di tahun 90an. Membawakan lagu hits-nya masing-masing.

Pesta Hip Hop

Walaupun tujuan utama saya untuk nonton salah satu grup favorit saya, Mr Big, yang dijadwalkan sebagai acara pemungkas, namun saya berniat datang lebih awal. Datang setelah maghrib menuju panggung Halo Telkomsel. Di sana akan tampil rapper lejen Indonesia, Iwa K, berkolaborasi dengan Sweet Martabak dan Black Skin. Entah kenapa dari dulu saya memiliki soft spot terhadap genre rap dan hiphop. Mungkin karena lirik lagu yang mencerminkan attitude yang mirip-mirip pemusik rock. Anti kemapanan dan rada berandalan.

Aksi Iwa K di Panggung Halo Telkomsel

Tapi nggak salah pilih sih. Rappers Indonesia ini sukses membawa ribuan penonton, yang saya duga mayoritas berusia kepala empat dan lima, melupakan encok dan kolesterol. Semua berjingkrak dan ikut bernyanyi. Fasih melantukan reff lagu-lagu rap populer seperti “Cewe Matre” (Black Skin) dan “Tiditit” (Sweet Martabak).

Suasana tambah asyik saat Iwa K manggung. Dimulai dengan lagu “Nombok Dong” yang menggugah semangat. Perasaan kemudian dibawa haru dengan lagu “Kuingin Kembali”. Lagu yang membuat para couple semakin mesra. Mungkin mengingat masa-masa mereka pacaran. Sialnya saya datang tanpa pasangan, hahaha. Tapi untunglah perasaan mellow cepat terhapus, karena Iwa K memuncaki penampilannya dengan lagunya yang paling populer: “Bebas”. Everybody had great time.

Aksi Krakatau

Mr. Big dijadwalkan manggung jam 21.50. Masih ada waktu kira-kira satu jam sebelum mereka manggung. Tapi dari main stage terdengar lagu yang familiar. Saya pun bergegas menghampiri.

Ternyata Krakatau, grup band jazz legendaris tampil. Lengkap dengan Dwiki Dharmawan, Indra Lesmana, Gilang Ramadhan dan Trie Utami. Entah kenapa Pra B Dharma dan Donny Suhendra tidak ikut tampil. Digantikan Barry Likumahuwa (bass) dan Andre Dinuth (gitar).

Krakatau on stage

Penampilan mereka oke punya. Terutama karena Tri Utami yang range dan power vokalnya yang masih ciamik. Padahal saya yakin usia sudah kepala enam. Atau paling tidak mendekati. Lagu-lagu hits seperti “Gemilang” dan “Kau Datang” disambut goyangan penonton. Kembali, kenangan mendengar lagu-lagu ini saat di bangku SMP merasuk kalbu.

Mr. Big di Indonesia

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu, Mr. Big manggung jam 10 malam.

Saking nge-fans nya dengan Mr. Big, dulu saat kuliah, saya sempat berseloroh dengan teman saya: “Kalau Mr. Big datang ke Indonesia, kalau hari itu bukan hari saya nikah, saya pasti nonton”

Eh, ternyata di tahun 1996, saat Mr. Big pertama kali datang ke Indonesia, saya sedang KKN di Desa Pucung Roto. Kendala waktu, ijin dan uang, saya pun tidak bisa menyambut Eric Martin dkk.

Perjumpaan pertama baru di tahun 2000. Di Bengkel Night Park. Saat itu Richie Kotzen, yang menggantikan Paul Gilbert sebagai gitaris. Uniknya, pada malam Mr. Big manggung di Festival 90s ini, Richie Kotzen juga manggung di Jakarta. Menjadi member All Stars yang dibawa Dhani Ahmad di Konser Dewa 19.

Tahun 2009, di ajang Java Rockinland, Mr. Big datang lagi. Kali ini Paul Gilbert sudah kembali join the original line up. Konser dilakukan di Ancol. Saya pun kembali hadir.

The Big Finish

Kini, mereka kembali hadir. Dalam rangkaian tur dunia mereka yang dilabeli “The Big Finish”.

Ya, ini konon adalah konser farewell mereka. Yang membuat saya semakin bertekad untuk hadir. Apalagi mempelajari set list dari tur mereka kali ini, ada yang spesial. Yakni mereka akan menyanyikan seluruh lagu di album tersukses mereka, ““Lean Into It” (1992), dari awal sampai akhir. Dari “Daddy, Brother, Lover and Little Boy” sampai “To Be With You”.

Billy, Nick, Eric and Paul on stage

Nah ini yang asyik. Biasanya hanya dua lagu tersebut yang wajib dinyanyikan oleh Mr. Big dalam konser-konsernya. Ditambah mungkin “Just Take My Heart” dan “Alive and Kickin”. Lagu-lagu yang relatif obscure, atau kerap disebut deep cuts, seperti “A Little Too Loose”, “Road to Ruin” atau “Voodoo Kiss” sangat jarang dimainkan. Ini kesempatan langka.

Jadilah tadi malam, saya dan Guson (adik kelas SMA yang teman setia nonton konser rock) puas bernostalgia. Sing along dari awal sampai akhir. Bukan hanya lirik, tapi urutan lagu di kaset “Lean Into It” kita berdua hafal. Lagu-lagu ini membawa ingatan dan perasaan kita ke Jogja. Serasa jadi lebih muda 30 tahun.

Selain lagu-lagu dari “Lean Into It”, Mr. Big cukup komplet membawakan repertoire lagu-lagu fans favourite. Membuka konser dengan “Addicted to That Rush”, penonton sudah diajak berjingkrak dari awal. Disambung dengan “Take Cover”. Lagu yang menghadirkan drums loop khas Almarhum Pat Torpey ini digunakan Eric Martin untuk mengingat sang mendiang. Di ujung konser juga membawakan lagu cadas “Colorado Bulldog” dan “Shy Boy”, yang memuaskan para head bangers.

The stage with cover “Lean Into It” sebagai backdrop

Kendati demikian, Mr. Big juga tidak lupa untuk menyanyikan lagu-lagu ballad atau bernuansa pop seperti “Wild World” dan “Promise Her The Moon”. Yang terakhir adalah lagu patah hati saya. Saat pertama kali putus dengan pacar di tahun 1993. Alhamdulillah, akhirnya nyambung kembali. Bahkan sekarang sudah jadi istri. Sayang si mantan pacar tidak ikut hadir semalam, karena lagi plesir ke Singapura. Jadilah saya bernostalgia nyanyi seperti patah hati beneran. Hahaha.

Kembali ke laptop. Yang menjadi kejutan adalah “Big Love”, ballad dari album pertama mereka yang kali ini ditampilkan secara akustik. Tak banyak yang tahu lagu ini, karena sekitar kita tidak ada yang ikut sing along. Maklum, Mr. Big memang baru menjulang ke popularitas di album kedua, Lean Into It tersebut. Berkat lagunya “To Be With You”, yang sempat menduduki tangga lagu no 1 di Amerika Serikat dan Eropa.

Ya, seperti kebanyakan band hair metal di tahun 80/90 an, Mr. Big juga banyak dikenal karena lagu hit power ballad atau slow rock nya. Padahal pada dasarnya Mr. Big ini personilnya adalah musisi dengan kemampuan teknis yang superior.

Pat Torpey adalah session drummer yang dikenal teknik dan groove-nya. Paul Gilbert sudah kondang sebagai shredder jagoan melalui band Racer X sebelum bergabung dengan Mr. Big. Billy Sheehan apalagi. Kiprahnya sebagai bassist David Lee Roth band bersama maestro guitar Steve Vai, sangat populer di mata pecinta musik rock kala itu.

Sesi akhir saat personil Mr Big bertukar alat instrumen

Tak heran, pada album pertama mereka, yang dirilis sebagai single adalah lagu “Addicted to That Rush”. Lagu yang notabene menunjukkan kemampuan teknikal dari 3 personil Mr. Big. Full of pyro techniques.

35 tahun kemudian, kemampuan teknis ini tetap terlihat pada diri Paul, Billy dan drummer anyar, Nick D Virgillio. Mungkin hanya Eric Martin, yang vokalnya kedodoran. Sudah sulit menjangkau nada tinggi pada beberapa lagu yang bertempo tinggi. Maklum sudah lebih 60 tahun (mungkin perlu belajar dari Tri Utami, hahaha). Tapi in overall, masih oke lah.

Untungnya juga, promotor Festival 90 patut diberi acungan jempol untuk organisasi panggung dan tata suara yang rapi. Layar LED lebar di sisi dan backdrop panggung menyala terang dan tajam. Suara bass, gitar dan vokal jelas terdengar walau menggelegar. Aksi panggung Mr. Big yang memukau jadi tidak sia-sia.

Setelah lebih 2 jam manggung, akhirnya Mr. Big pamit. Billy Sheehan, mewakili rekan-rekannya, mengucapkan farewell speech yang menyentuh. Rasanya seperti tidak percaya. Apalagi saat lagu “Whiter Shade of Pale” dilantunkan ketika mereka berempat menghilang di belakang panggung.

Mr, Big foto dengan para penonton di Festival 90s. I was one of them right in the centre 😊

Cukup emosional bagi saya semalam menyadari salah satu band favorit saya undur diri dari panggung. Hal yang menyadarkan bahwa usia mereka, dan kita, sudah memasuki periode senja. All great things must came to an end. Semua memang hal yang alamiah, dan tak dapat dihindari.

Yang kita bisa lakukan adalah mengenang masa-masa indah tersebut. Dengan mendengarkan musik. Walau mungkin sudah tak lagi melalui konser.

Thank you for the music!

2 Comments Add yours

  1. Mantap Bang’ 👍

    1. Ibenimages's avatar Ibenimages says:

      Makasih bro.. 🙏🙏

Leave a reply to ariantoarifin Cancel reply