Idul Fitri 1446H, Hari Kemenangan Kita

Suasana Idul Fitri 1446H

Alhamdulillah, setelah berpuasa satu bulan penuh, hari Senin ini umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446H. Dijuluki “Hari Kemenangan”. Julukan yang tentunya hanya pantas disematkan pada mukminin yang istiqomah memperbaiki diri dalam beribadah dan amaliyah selama bulan Ramadhan kemarin.

Renungan Ramadhan

Apakah saya termasuk yang pantas? Wallahualam. Tapi Insya Allah sebulan kemarin, saya memacu diri untuk berusaha menjadi Muslim yang lebih baik. Saya lebih sering shalat di Masjid. Lebih banyak menjalankan shalat sunnah. Menjauhkan mata dari hal maksiat. Dan, walaupun belum khatam, tapi tahun ini sepertinya paling sering saya baca Al-Quran selama Ramadhan. Saya pun melanjutkan tradisi sejak 6 tahun terakhir ini, untuk beritikaf di Masjid selama malam ganjil.

Dari sisi berpuasanya sendiri, Alhamdulillah juga saya bisa menggenapkan 30 hari berpuasa tahun ini tanpa halangan. Tidak seperti tahun lalu, di mana saya harus merelakan 7 hari tidak berpuasa karena sakit.

Foto resmi keluarga kami di Idul Fitri 1446H ini

Tapi jujur, walaupun tentunya ada perasaan bahagia karena larangan tidak makan-minum di siang hari sudah tidak ada lagi (apalagi ngopi di pagi hari!), saya kok merasakan adanya mixed emotions. Di dua hari terakhir Ramadhan, entah kenapa perasaan sedih kalau Ramadhan akan meninggalkan kita. Terngiang ucapan para ustad yang mengingatkan, “belum tentu tahun depan kita menjumpai Ramadhan kembali”.

Ya, saya akhirnya hanya bisa berdoa. Meminta Allah kembali memperpanjang usia saya sehingga bisa bertemu Ramadhan kembali tahun depan. Merasakan nikmatnya beribadah dengan ekstra motivasi, yang secara magis hadir di bulan istimewa ini. Kabulkanlah ya Allah.

Idul Fitri 1446H

Di keluarga besar istri saya, keluarga Solichin, tahun ini merupakan tahun pertama kami berlebaran tanpa kehadiran Bapak. Bapak sendiri wafat di bulan November tahun lalu.

Jadinya ritual tahun ini agak sedikit berbeda. Di malam takbiran, kami berziarah ke makam Bapak di TMP Kalibata. Suasana makam yang gelap, akibat inisiatif efisiensi pemerintah, justru membuat kunjungan kita terasa lebih syahdu. Cukup haru melihat Elok dan Endah sesenggukan mengingat Bapak yang tidak lagi bersama kita. Tapi Insya Allah Bapak terang kuburnya dengan doa kita. Apalagi doa dari anaknya Elok, istri saya, yang semakin hari semakin meningkatkan kualitas ibadahnya sebagai muslimah. Masya Allah.

Berziarah ke makam Bapak di malam takbiran

Keesokan harinya, ritual kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Diawali dengan sholat bersama di Masjid Baitussalam. Masjid yang baru saja selesai direnovasi, dan karena nyamannya, jamaah yang hadir ke masjid dan shalat Ied kali ini terasa lebih banyak. Imam Shalat Ied pun sekarang bertempat di halaman SD sebelah Masjid. Untuk memungkinkan jamaah memenuhi Jalan BNI Raya yang berada di depan kompleks perumahan kami.

Setelah menyelesaikan shalat Ied, tak lupa tradisi warga Alea untuk bersalam-salaman, dan berfoto bersama dilakukan. Karena facade Masjid banyak mendapatkan perubahan, salah seorang tetangga mengusulkan kita foto dengan background Masjid Baitussalam. Begini hasil fotonya:

Foto warga Alea di Idul Fitri 1446H dengan latar belakang Masjid Baitussalam

Dan akhirnya rangkaian Idul Fitri kami lanjutkan seharian di kediaman orang tua Elok di Bambu Apus. Menjalani sesi foto keluarga. Mencicipi hidangan sambil bersenda gurau menikmati hari kemenangan. Banyaknya kerabat dan saudara yang silih berganti datang ke rumah, semakin menambah kegembiraan di hari istimewa ini. Alhamdulillah ya Allah.

Berikut foto-foto dokumentasi perayaan tahun ini. Insya Allah kita ulangi tahun depan.

Leave a comment