Rekreasi Keluarga di Community Shield Wembley: Catatan 10 Tahun Silam

Kami berempat, saat hendak berangkat ke Wembley untuk menyaksikan Community Shield 2013

Tepat 10 tahun yang lalu, saya pertama kali menyaksikan Manchester United secara langsung. Tanggal 11 Agustus 2013. Di Stadion Wembley, Cardiff (dekat London). Walaupun saya sempet posting unggahan singkat, waktu itu saya berjanji untuk mengunggah pengalaman yang lebih lengkap. Ternyata gak pernah kesampaian. Sampai hari ini anniversary 10 tahun. Oke lah kita ceritakan sebagai penggugah ingatan.

10 tahun yang lalu kalau nggak salah ingat, kami berangkat ke London sekeluarga usai libur Lebaran. Saya memang menyasar pergi ke sana saat ada Community Shield. Curtain raiser liga Premier League Inggris. Event tahunan yang mempertemukan juara Premier League dan juara FA Cup musim sebelumnya.

Tim gacoan saya, Manchester United, akan tampil pada pertandingan ini. Setelah kembali menjadi juara Premier League di musim sebelumnya. Mereka bertemu dengan Juara FA, Wigan Athletic. Yang secara mengejutkan mengalahkan Manchester City di final dengan sundulan dari tendangan pojok di menit-menit terakhir.

Saat itu Manchester United memang tim nomor satu di Inggris. Gelar juara Liga di musim sebelumnya tersebut, merupakan gelar juara terakhir persembahan Sir Alex Ferguson. Menutup sejarahnya sebagai pelatih tim Inggris terhebat sepanjang sejarah. Dengan gelar Juara Liga Inggris terbanyak dan 2 gelar Liga Champions.

Sir Alex setelah itu pensiun. Setelah menunjuk pelatih penerusnya: fellow Scot, David Moyes. The chosen one. A new hope.

Manchester United Team 2013-2014 Season

Ya, saat Community Shield 10 tahun lalu itu, perasaan kita sebagai fans Manchester United membuncah. Penuh dengan harapan. David Moyes datang dengan reputasi sebagai pelatih Everton yang berhasil mengangkat derajat Everton dengan budget minim.

Apalagi lawannya ternyata “hanya” Wigan. Yang notabene bukan lawan yang dapat menandingi hegemoni Manchester United. Pertandingan ini seperti “walk in the park” bagi Setan Merah. Rekreasi hari Minggu bagi fans seperti saya.

Dan memang demikian suasananya.

Saat berangkat pagi dari hotel, suasana rekreasi fans Manchester United sudah sangat terasa. Sebelum berangkat ke Wembley, kita mencari sarapan di Covent Garden. Di dalam kereta Tube ataupun saat berjalan ke tempat sarapan, fans Manchester United terlihat mewarnai sudut kota London. Kebanyakan datang bersama keluarga. Memakai seragam merah jersey Manchester United. Sambil membawa bendera MUTD ataupun bendera Inggris.

Keluarga fans Manchester United di Covent Garden

Seusai sarapan kami naik kereta lagi dari London menuju Wembley, yang terletak di Cardiff, Wales. Suasana pesta rekreasi fans MUTD semakin terasa. Fans bernyanyi mars lagu klub di kereta. Dan sesampainya di stadion Wembley, lautan warna merah terhampar di jalan dari stasiun menuju stadion. Sangat sedikit kita melihat warna biru putih, khas supporter Wigan. Kalaupun ada, suara mereka tenggelam oleh keriuhan sorak sorai fans MUTD.

Foto kereta Tube menuju Wembley
Wembley Park Station yang diwarnai kaos merah
Wembley Park station logo

Suasana Wembley sangat ramai. Tapi tertib. Walaupun fans datang bergerombol dan terlihat bersemangat menyanyikan mars dan yell yell klub nya, tidak ada perasaanberingas. Polisi-polisi Inggris memantau crowd sambil naik kuda sepanjang jalan dari stasiun ke stadion. Betul-betul suasana rekreasi keluarga. Rasanya aman membawa anak dan istri saya, walaupun suasana sangat ramai.

Perjalanan menuju Stadion Wembley, yang busurnya terlihat di kejauhan
Polisi Inggris berkuda mengawal crowd

Begitu juga saat hendak masuk ke Stadion. Di tiket sudah tertulis dengan jelas Pintu, Row dan Seat tempat duduk kita. Antrian walaupun culup panjang, namun berlangsung cepat dan tertib.

Oh iya, saya membeli tiket pertandingan dari situs footballticket.net. Situs “calo” sebenernya. Secondary market. Tapi okelah, walaupun ada premium yang harus saya bayar, tapi yang penting saya bisa dapat tiket walau membelinya melalui online dari Indonesia.

Awalnya sempat was-was. Karena bayar di depan, bagaimana kalau mereka tidak menepati janji? Saya hanya bisa berpegang pada review dari customers situs ini yang rata-rata puas.

Dan Alhamdulillah, saat kita sampai di hotel kita di London, tiket yang dijanjikan sudah diantarkan ke resepsionis. Jadi kami berangkat ke stadion sudah dengan tiket untuk masuk stadion. No tipu tipu.

Tiket FA Community Shield

Sampai di dalam stadion kami langsung duduk di tempat duduk kami. Tempat duduk ini bukan di Kelas VIP. Bukan di Tribun Barat atau Timur. Tapi lebih di tribun antara barat dan selatan. Tapi jarak pandangan tidak terlalu jauh, karena saya membeli bukan di kelas tribun teratas. Not bad untuk dapat menyaksikan aksi pemain bola idola dari jarak dekat.

Menuju seats di tribun

Tapi ternyata lokasi duduk kami ini ada kekurangannya. Lokasi yang isinya turis. Seperti kami. Hehehe. Jarang terlihat fans MUTD atau Wigan di sekitar kami. Jadi suasananya cenderung sepi. Dugaan saya, karena mungkin banyak yang datang sekeluarga seperti saya.

Dari kami berempat, kan cuman saya yang betul-betul fans sepakbola. Hanya Aya, anak saya yang perempuan, yang memiliki sedikit ketertarikan pada sepakbola. Istri saya dan Rafif, anak laki-laki saya, hanya datang ke stadion karena mengikuti saya. Saat pertandingan, boro-boro menyoraki, Rafif lebih sering memainkan game di PSP-nya. Hahaha.

Dua orang supporter passionate di lokasi tribun kami yang penuh turis 🙂

Sangat berbeda dengan tribun Selatan di sebelah kami. Isinya fans die hard MUTD. Yang terus bersorak dan bernyanyi sepanjang pertandingan. Saya terus terang memandang dengan iri. “I wish I could join them singing”. Hal mana yang akhirnya saya wujudkan dengan menyaksikan MUTD di kandangnya, 8 tahun kemudian (baca di sini)

Pertandingan kemudian dimulai.

Pertama kali menyaksikan MUTD secara langsung betul-betul memberikan tontonan yang berbeda. Dari dekat betul-betul terlihat skill pemain. Saat itu dua pemain yang terlihat sangat menonjol skill-nya: Robin Van Persie dan Ryan Giggs. Olah bola dan movement-nya luar biasa. Sangat nikmat melihat mereka berdua mengatur alur pertandingan.

Suasana pertandingan di babak pertama

Saat itu juga selain merupakan pertandingan resmi pertama yang dihela oleh David Moyes, juga merupakan debut bagi Wilfred Zaha. Pemain baru MUTD yang direkrut dari Crystal Palace. Saya ingat pada babak pertama Zaha beroperasi di sayap kanan dan cukup merepotkan pertahanan Wigan. “Promising signing”, demikian benak saya saat itu.

Dari hasil pertandingan, sesuai perkiraan, it is walk in the park for MUTD. Tanpa kesulitan MUTD melibas Wigan 2-0. Dua gol yang diciptakan Robin Van Persie di masing-masing babak. Satu dari sundulan jarak jauh, satu dari tendangan kaki kiri mautnya. Pertandingan selesai tanpa drama. Memang agak kurang seru sih. Tapi sebagai fans yang datang ribuan kilometer ke Wembley, tentunya saya lebih berharap MUTD untuk menang daripada mendapatkan hiburan suguhan pertandingan yang seru.

Usai peluit panjang, dengan euphoria yang tinggi, saya ikut mendekat ke bawah tribun penyerahan piala. Dari situ saya bisa melihat lebih dekat kapten Nemanja Vidic dan pemain Man United lainnya. Mereka bergantian mengangkat tinggi-tinggi piagam Community Shield disambut seruan riuh penonton, termasuk saya.

Menyaksikan ceremony penyerahan piala Community Shield

Setelah itu kami sekeluarga foto bareng di stadion dengan latar belakang bekas panggung selebrasi tim MUTD.

Foto keluarga sesuai pertandingan dan selebrasi kemenangan

Dengan cemerlangnya penampilan Setan Merah, termasuk ciamiknya performa Zaha dan beberapa pemain muda MUTD seperti Welbeck dan Cleverley, saat itu rasanya hegemoni MUTD akan terus berlanjut di bawah kendali David Moyes.

Sepuluh tahun kemudian, ternyata jauh panggang dari api.

MUTD sudah bukan lagi tim favorit menjuarai liga Inggris. Digantikan oleh tetangga berisik, Manchester City. Moyes dipecat sebelum akhir musim, karena performa yang buruk yang membuat MUTD terlempar dari empat besar. Seiring dengan performa yang biasa-biasa saja, Zaha pun di transfer kembali ke Crystal Palace. Welbeck dan Cleverley juga gagal menjadi penerus generasi Beckham dan Scholes, sebagai produk akademi yang dapat menghadirkan kejayaan di Old Trafford.

Saat ini MUTD masih merintis jalan menuju kejayaan. Menurut saya, dan juga fans die hard lainnya, MUTD is only back kalau dapat kembali menjadi juara Liga Premier. Semoga tidak sampai 30 tahun saya bisa kembali ke Wembley untuk menyaksikan MUTD bertanding di Community Shield. Sebagai juara Liga. No less.

The majestic Wembley Arc

Leave a comment