Kresnadi Bali Tour

The whole Kresnadi family in Kintamani

Terakhir kali kita berwisata bersama untuk keluarga Kresnadi itu di tahun 2015. Waktu itu kita sama-sama pergi ke Kuala Lumpur. Mengunjungi adik kami, Chita dan Bona, yang memang bermukim di sana.

Sejak itu belum lagi terulang. Sampai kemudian Mas Oyi wafat. Dan kemudian si kecil Shojita Rose juga hadir di antara kita.

Kami sudah merencanakan wisata ini sejak akhir tahun lalu. Saat saya membeli paket menginap di Marriott Vacation Club. Walaupun kemudian tanggal pastinya belum ditentukan. Maklum, kini mengatur jadwal liburan bersama bukan persoalan mudah. Anak-anak sudah beberapa bekerja. Jadi harus mencocokkan jadwal cuti kita dengan mereka.

Adik-adik Mas Oyi ❤️

Alhamdulillah akhirnya kita menyepakati awal Oktober ini sebagai tanggal perjalanan. Walaupun kemudian tanggal ini bukanlah hari libur nasional. Yang membuat kita harus menerima kenyataan rombongan tidak bisa hadir secara bersamaan.

Kedatangan peserta terbagi dalam lima kloter. Menyusul keberadaan Ezra, putra Mbak Wiwik yang memang akamsi (anak kampung sini), karena kuliah di Bali.

Kloter pertama, Chita dan Bona dari Kuala Lumpur sudah sampai di Bali hari Rabu kemarin.

Kloter kedua, saya, Aya dan Rafif, bareng dengan Mbak Wik dan Mas Barry, berangkat Kamis pagi. Yang sialnya, penerbangan harus di delay ke Kamis siang.

Aktifitas Kresnadi Tour di hari Jumat

Sedangkan istri saya, Elok, berangkat di sore harinya. Yang juga terkena getah keterlambatan kita, karena maskapainya sama, dan baru berangkat di malam hari.

Kloter keempat, Fea, anak Mbak Wik, baru bisa meninggalkan pekerjaannya late on Friday. Jadi pesawat ke Balinya lebih malam lagi.

Dan akhirnya terakhir, keluarga Mbak Ut dari Jatibening, baru sampai di hari Sabtu pagi setelah naik penerbangan pertama dari Jakarta.

Tapi tak apalah, karena kita juga bersyukur kalau waktu wisata bersama kita ini akhirnya betul-betul kejadian.

Walaupun tidak lengkap, Kresnadi Tour sudah kita mulai di hari Jumat. Kita berjalan-jalan ke area Sanur, dan mengakhiri hari dengan menikmati sunset indah di Jimbaran sambil makan sea food.

Menikmati sunset di Jimbaran

Kemudian di hari Sabtu-nya, saya menyewa mobil Hi-Ace berkapasitas 14 penumpang. Pas banget dengan jumlah rombongan.

Pagi itu kita berwisata ke Kintamani, Tegalalang, dan kemudian kembali ke hotel di Nusa Dua. Sayangnya, hari itu bertepatan dengan hari raya Kuningan di Bali. Yang membuat pura-pura tempat sembahyang warga Hindu di Bali penuh dengan perayaan dan acara doa. Jadinya macet di mana-mana. Terutama di daerah Ubud.

Rombongan di dalam mobil Hi Ace

Kendati demikian, wisata masih menyenangkan kok. Dengan bersama-sama di satu mobil besar, kita bisa bersenda gurau dan ngobrol sepanjang perjalanan. Perjalanan macet selama 3 jam pun terbayar dengan indahnya pemandangan Kintamani, dan nikmatnya kopi di Pahdi Specialty Coffee. Dan tentunya foto dan video drone keren kita di sana.

Foto keluarga lengkap Kresnadi di Pahdi Specialty Coffee Kintamani

Setelah itu kita melanjutkan rencana kita untuk berwisata ke Alas Harum. Tempat kekinian yang memanfaatkan keindahan sawah terasering Bali dengan menjadikannya sebagai tempat foto-foto dengan atraksi big swing yang ikonik.

Entah karena kita sudah agak lelah karena kemacetan, atau memang tidak tertarik untuk foto-foto ala-ala social media, segenap rombongan memilih untuk duduk mager saja menikmati suasana. Ngobrol ngalor ngidul, sambil minum jus segar dan kudapan pisang goreng.

Tempatnya sebetulnya sangat menarik. Perlu diacungi jempol visi dari pemilik Alas Harum yang bisa membuat wisata dengan hype yang luar biasa di social media.

Bersantai di Alas Harum

Usai cukup bersantai di Alas Harum, kami pun turun dari Ubud. Kembali kemacetan yang lumayan parah membuat perjalanan kami terhambat. Memang kami sudah merelakan rencana untuk sunset-an di hari Sabtu ini. Namun ternyata untuk makan malam pun kami baru sempat nikmati lewat jam delapan malam. Untungnya si kecil Shojita Rose sangat pintar dan manis. Ia memanfaatkan kemacetan di dalam mobil untuk tidur, jadi bisa tetap ceria berwisata bersama sampai malam hari.

Keesokan harinya, dengan penuh tekad, kami pagi-pagi sudah meninggalkan hotel. Menuju Pantai Mengiat, yang lokasinya hanya 2 km dari hotel kami.

Bermain di Pantai Mengiat

Rose pun yang sebetulnya masih tertidur digendong Papa Mamanya. Karena waktu spesial ini terbatas, kapan lagi kita bersama-sama untuk bermain di pantai.

Untungnya memang kami hanya terlambat sedikit dari rencana. Walaupun matahari sudah lumayan tinggi, namun hari belum terasa panas.

Rose pun langsung memulai aktifitas main pasir pantai. Permainan tambah seru karena Bude Sazha, saudara sepupu kami yang tinggal di Bali, datang dengan membawa perlengkapan main pasir. Wah senangnya si kecil. Bukan hanya dia sih yang senang… kakak-kakak sepupunya yang sudah berkepala dua juga ikut senang. Hehehe.

Saya sendiri kemudian lari menyusuri pantai Nusa Dua. Betul-betul lari di pasir pantai, tidak seperti biasanya yang lari di jogging track di kawasan hotel Nusa Dua.

Bersantai di hotel usai main di pantai

Ternyata berlari di pasir itu lebih berat dari biasanya. Walau demikian saya berhasil berlari sejauh 4 km, yang hitung-hitung merupakan rangkaian latihan untuk mempersiapkan lomba Half Marathon di weekend depan.

Belum puas rasanya sebenarnya bermain di pantai. Apalagi melihat Rose yang begitu gembira menyambut ombak bersama Padenya di pinggir pantai. Namun demikian karena waktu check-out cukup awal di jam 11 siang, maka kami pun berkemas. Untuk kembali ke hotel dan sarapan pagi di restoran.

Siangnya keluarga besar Kresnadi kemudian mengunjungi rumah Mbak Sazha. Di rumah tersebut, sesepuh kami, Pakde Pras sudah tinggal selama setahun. Senang rasanya bisa sowan Pakde Pras, dan bersenda gurau dengan serunya dengan para sepupu. Apalagi diberi hidangan makanan laut masakan Bu Wiwin dari Kedonganan, dan suguhan kopi dari home barista Mbak Sazha sendiri.

Tak terasa waktu sudah hampir sore, dan kami harus menuju airport untuk kembali ke Jakarta.

Singkat memang. Tapi berkesan. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya untuk bisa mengumpulkan keluarga Kresnadi secara lengkap di Bali. Mas Oyi pasti tersenyum melihat kebahagiaan kita bersama. Semoga dapat kita ulangi lagi kebersamaan ini di waktu yang tidak terlalu lama. Aamiin.

Berkunjung ke rumah Mbak Sazha untuk sowan Pakde Pras

Leave a comment