
Situasi jalanan Jakarta mendadak macet. Arah GBK Senayan dari kantor saya terlihat padat. Saya mengambil keputusan tepat: turun dari mobil, trus ambil Gojek untuk lanjut ke GBK.
Di perjalanan, Mas Gojek yang melihat saya pakai kaos Timnas bertanya, “kira-kira menang siapa Pak?”
Saya jawab, “seri aja sudah Alhamdulillah Pak. Dua kali pertandingan kemarin mainnya jelek.”
Eh harapan saya terkabulkan dong. Indonesia akhirnya bermain seri dengan Thailand. 1-1.
Iya sih Alhamdulillah. Tapi beda dengan saat sebelum pertandingan. I would take draw in a heart beat. Tapi ini “seri rasa kalah”

Timnas Indonesia berpeluang besar untuk memenangkan pertandingan. Against 10 men. That infamous Witan’s chance. That glorious Yakob Sayuri’s volley which could have been a great goal. In front of capacity 49,985 crowd who passionately sang and cheered Garuda.
But it doesn’t meant to be. Kalau mau jujur memang Thailand lebih jago memegang bola. STY sudah menginstruksikan strategi yang tepat. High press. Tapi Egy tidak bisa menyamai tenacity Marc Klok dalam melakukan forward pressing. Dendi pun hanya bermodal semangat tapi kurang dalam teknik. Witan terlihat off form. Irianto sebagai salah satu double pivot memang disiplin bertahan, tapi kurang mampu mengolah bola dan mengirim passing menawan ke arah depan.

Memang peluang berbahaya lebih banyak dihasilkan tim Garuda. Tapi untuk soal mental juga kita masih di bawah lawan. Unggul 1-0 dan dalam jumlah pemain malah membuat tim bermain terlalu casual. Akibatnya Asnawi kecolongan dan Thailand bisa mencetak gol balasan. Berbau keberuntungan. Deflected shot. Dan Nadeo pun berdiri terlalu jauh dari gawang. Tapi itulah Thailand. Susah banget kita mengalahkan tetangga satu ini.
But all is not lost. Kita masih berpeluang besar ke semi final. Hanya status sebagai juara grup yang masih belum tentu. Harus menang besar lawan Filipina di pertandingan akhir. Kalau tidak, Vietnam akan menunggu di semi final. Lawan yang tidak lebih mudah dari Thailand.
Sayangnya di semifinal kita sudah tidak bisa bilang “seri sudah Alhamdulillah”
