Hard Nosed Leadership

Fabio Capello, Coach of England National Team

“In my football management career, I won a lot of trophies, but very few friends”

Ini merupakan kalimat Fabio Capello, manajer baru tim nasional Inggris, yang dengan gamblang menjelaskan gaya kepemimpinannya: keras, tanpa kompromi, tapi suka apa tidak, akrab dengan kesuksesan.

Lahir tanggal 18 Juni 1946 di Pieris, Italia, Capello merupakan salah satu pelatih sepakbola paling sukses di era sepakbola modern. Dalam pentas manajemen klub, mungkin hanya Sir Alex Ferguson atau Jose Mourinho pelatih aktif yang bisa disejajarkan dengannya. Serupa dengan Ferguson dan Mourinho, Capello sudah memenangkan liga domestik, piala liga, sampai piala Champions.

Namun berbeda dengan Ferguson dan Mourinho, Capello memiliki gaya kepemimpinan yang jauh berbeda. Pengamat sepakbola pasti tahu akan Ferguson sebagai “bapak” dari anak-anak tim asuhannya. The father-like figure berhasil membimbing pemain-pemain binaan Manchester United dari kecil sampai menjadi bintang besar. David Beckham, Ryan Giggs, dan Paul Scholes adalah contoh dari pemain binaan Manchester United yang dalam perjalanan karirnya banyak mendapat bimbingan dari Ferguson, bahkan sampai kepada hal-hal yang bersifat pribadi (misalnya campur tangan Ferguson untuk menyarankan David Beckham tidak berkencan dengan Victoria).

Sir Alex Ferguson and David Beckham

Jose Mourinho juga merupakan figur yang dikenal “akrab” dengan timnya. Jose selalu terlihat melindungi anak buahnya di luar dan di dalam lapangan. Dan sebaliknya, anak buah Jose Mourinho terlihat loyal dan gencar untuk membela pelatih mereka juga. Salah satu contoh adalah pada saat karir Mourinho di Chelsea dalam gonjang-ganjing karena memburuknya hubungannya dengan Abramovich, Didier Drogba dan Frank Lampard berulang kali menyatakan di depan pers kalau Jose masih yang terbaik untuk Chelsea. Bahkan, setelah akhirnya Jose hengkang, Didier Drogba pun sempat menyatakan secara terbuka bahwa ia ingin ikut cabut dari Chelsea.

Bagaimana dengan Capello? Sesuai dengan julukannya “Don Fabio” — mengacu pada sifat kerasnya yang bak Mafia Italia, Capello menjalin hubungan dengan anggota timnya dalam kerangka profesionalisme belaka. Emerson, pemain yang sering diboyong Capello ke mana pun ia pergi (AS Roma, Real Madrid dan Juventus), mengungkapkan, “ketika saya datang ke klub baru, banyak pemain di klub tersebut yang berusaha mendekati saya. Karena mereka pikir saya dekat dengan Capello. Padahal, tidak sama sekali. Hubungan saya dengan Capello murni profesional dan mengenai sepakbola. Tidak lebih”.

Capello dalam memimpin sangat pragmatis. Dia tidak berusaha dekat dengan satu atau dua pemain untuk menjadikannya sebagai pilar tim, atau yang kadang berbuah ekses julukan negatif “pemain anak emas”. Capello hanya melihat bagus-tidaknya pemain dari performa nya di lapangan dan pada sesi latihan. Capello suka pada pemain-pemain yang serius, bekerja keras dan berdedikasi. Karena tidak bias dengan “keakraban personal” yang sering mewarnai hubungan antara manajer dan anak buah, Capello dengan mudah dapat mengkritik ataupun membangku cadangkan pemain bintang di dalam klub yang diasuhnya seperti halnya Fransesco Totti di Roma, Del Piero di Juventus, ataupun Ronaldo di Real Madrid.

Di luar dari segala kekerasan sikap tersebut, satu hal yang tidak dapat dibantah adalah Capello berarti “Juara”. Di seluruh tim yang dibesutnya sejak membela “the undefeated” AC Milan (dengan trio Belanda nya di awal 90 an), Capello tidak pernah gagal. AC Milan, AS Roma, Juventus, dan Real Madrid diboyongnya menjadi juara, minimal juara liga domestik.

Sikap kerasnya ini lah yang membuat England Football Association melirik Capello. Di tengah kesan pemain-pemain bintang Inggris yang lebih banyak berkesan celebrity daripada pesepakbola, Capello menurut saya adalah pilihan yang tepat. Hard nosed leadership, atau terjemahan bebasnya mungkin adalah “Kepemimpinan tanpa tedeng aling aling”, akan membawa disiplin, struktur dan kerja keras sebagai tema utama dari Tim Inggris. Tidak ada yang di istimewakan, tidak ada yang menjadi anak kesayangan, yang ada hanyalah “hard work” and “result”.

Kalau di sepanjang karirnya Capello selalu akrab dengan piala, bukankah ini saat yang tepat untuk mengharapkan hal yang sama untuk tim nasional Inggris?

Moment of reflection: Pernahkah anda memiliki pimpinan di organisasi anda yang menganut gaya kepemimpinan seperti ini? Kalau pernah, saya yakin pasti banyak dari anda bete, sebal dan menyumpah serapah pimpinan seperti ini. Ia jarang menanyakan kabar keluarga anda, tidak pernah berbicara basa basi, dan selalu menuntut anda untuk bekerja keras. Wajar sih kalau sebel, tapi coba merenung lagi, mungkin pimpinan Anda adalah “the other Capello”? Maybe that’s what needed for organization? Maybe that’s the right way to deliver results?

3 Comments Add yours

  1. ubaidillahnugraha says:

    nah ini tulisan…bagus banget buat jadi judl buku

  2. ibenimages says:

    Hehehe… nulis satu aja kecepatannya lambat bai.. musti ditekunin yee? hehehe..

  3. Aguk Firman Samodra says:

    bagus juga ulasannya…
    aku pinjam buat paper ya.. hehehe…
    kebetulan topiknya dari dosen tentang manajemen, thanks iben… don’t worry aku cuma pinjem doank, aku tetep tulis sumbernya dari anda kok…. mencuri itu haram!

    thanks

Leave a comment