Usai menyelesaikan urusan penyewaan rumah saya yang di BSD, saya memanfaatkan waktu cuti setengah hari saya dengan berkunjung ke acara tahunan, Gaikindo Indonesia International AutoShow 2018, atau yang umum disebut GIIAS.
Secara lokasinya tepat di depan kompleks rumah saya, yakni di ICE (International Convention Centre) BSD, saya tinggal menyeberang untuk tidak melewatkan ritual tahunan saya ini.
Ya, memang setiap tahun saya selalu sempatkan mengunjungi GIAS atau Indonesia Motor Show. Alasannya sih lebih banyak untuk lihat-lihat model mobil baru, karena saya cukup senang dengan dunia otomotif. Memang pada beberapa kesempatan saya pulang tidak hanya membawa brosur, tapi juga Surat Pemesanan Kendaraan.
Hehehe iya. Paling tidak pada dua kesempatan saya membeli mobil di pameran. Selain mendapatkan diskon yang lumayan besar, pameran juga kadang memberikan banyak bonus. Saya ingat saat membeli Mazda CX7 di Indonesia Motor Show tahun 2011, saya mendapatkan paket wisata ke Hong Kong untuk dua orang, satu buah iPad dan pemutar DVD in-board OEM Mazda. Great deal!
But not this year. Secara tahun lalu baru ganti mobil. Jadi tidak ada target tahun ini. Cuman mau foto-foto dan mengumpulkan brosur.

Suasana GIIAS tahun ini tidak banyak berbeda dengan tahun sebelumnya. Menempati empat grouping hall besar di ICE BSD: hall pertama untuk motor dan asesoris, hall kedua untuk truk dan bis, hall ketiga untuk exhibitor utama – BMW, lalu hall keempat untuk merek-merek mobil lainnya.
Saya tidak banyak menemukan hal menarik di hall pertama. Ya mungkin karena saya bukan pemakai sepeda motor. Punya sih vespa, tapi nganggur di rumah 😅
Mahalnya Harley Davidson
Tapi akhirnya saya tertarik melihat stan Harley Davidson. Terutama motor roadster nya yang dijuluki “Breakout“. Tongkrongannya super keren. Tapi harganya bikin “heart break“. This thing is sold IDR1.1 billion on the road. Blimey!


Terus terang saya tidak pernah menyangka harga Harley Davidson semahal itu. I know it’s rich guy toy, tapi saya pikir harganya ‘cuma’ 500 juta an.
Nah kalau sudah di atas 1 milyar, menurut saya tidak masuk akal.
Ya mungkin saya bukan segmen konsumen motor besar ini sih. Motornya saja lebih besar dari badan saya. Kantong saya juga tidak cukup besar mungkin 🤣.
Dan saat lihat-lihat lagi ternyata ada yang lebih mahal dari Breakout, yakni Harley Davidson Ultra CVO with-Screaming-Eagle machine-that-makes-you-want-to-scream-when-you-know-the-price! LOL

Yes, this badass is priced IDR 1.8 billion. And that’s off the road! Mungkin menyentuh angka 2 milyar rupiah setelah pajak. Ajegile!
Tapi kemudian saya baru ingat akan kebijakan pemerintah yang menaikkan pajak barang mewah 200% (?) untuk beberapa barang termasuk Harley Davidson ini. Makanya mungkin harganya jadi selangit. Karena menilik dari website Harley Davidson, harga off-the-road dari Ultra CVO Limited ini ‘hanya’ USD 43,000 – yang kira-kira hanya IDR 623 juta saja. Lebih masuk akal.
Ya sudah lah, saya tinggalkan hall motor dan asesoris dengan respek yang lebih tinggi pada teman-teman saya yang ber-harley, sambil tak kuasa berpikir mereka pakai harley yang full paper atas selundupan ya? Hahaha.
BMW Main Exhibitor
Memasuki hall exhibitor utama-BMW, yang juga menggandeng saudara kecilnya Mini Cooper untuk menempati hall yang sama-, saya tidak menemukan sesuatu yang istimewa. Yes it’s big and clean sporty style ala BMW. Tapi tidak ada yang benar-benar memikat hati.
Andalan BMW tahun ini adalah All New X3. Mobil luxury SUV yang sudah mendapatkan banyak pujian dari publikasi otomotif dunia.

Memang sih, body mobil ini tampak jauh lebih keren daripada X3 generasi sebelumnya. Dan saat memasuki ruang kemudi, langsung terasa perubahannya.
Dashboard dan cockpit yang sebelumnya terasa outdated sudah digantikan dengan panel modern yang sporty dan full digital.

Tempat duduk empuk dan posisi mengemudi terasa sekali menunjang pengendara yang mengutamakan performa dan kelincahan mobil dalam melahap tikungan.
Tapi saat saya mencoba duduk di baris belakang, baru deh terasa kelemahan mobil ini: Jok terasa keras, dan ruang kaki entah kenapa terasa sempit. Terasa kurang nyaman.
Saya jadi merasa tidak menyesal memilih Mercedes GLC250 tahun lalu dibanding BMW X3, karena dari sisi kenyamanan penumpang di sisi belakang, Mercy masih lebih unggul. I guess bimmer fans would disagree, but each on its own opinion 😬
Lanjut!
Mobcin yang Menarik Perhatian
Nah sebagian besar waktu saya kemudian saya habiskan di hall yang terbesar. Di hall inilah merk-merk mobil Jepang yang sudah akrab dengan kita seperti Toyota, Honda, Suzuki, Nissan, Mitsubishi memamerkan deretan produk mereka bersaing dengan beberapa merk Eropa, Amerika, Korea, dan yang kini sedang merangkak naik: mobcin atau mobil cina.
Luar biasa menurut saya perkembangan mobcin ini merangsek pasar otomotif Indonesia. Di hall ini ada dua merk yang menarik minat pengunjung: Wuling dan DSK, atau yang produknya lebih akrab dikenal dengan Glory.
Wuling dan Glory sama-sama menerapkan strategi yang serupa: menawarkan fitur dan spesifikasi yang lebih tinggi dari produk kompetitor buatan Jepang, namun dengan harga yang miring.
Wuling Cortez, contohnya. Spek tertinggi dari mobil yang disebut “tiruannya Toyota Innova” ini dijual seharga Rp 246 juta. Ini masih 50 juta lebih murah dari harga Toyota Innova dengan spek terendah, yakni Innova G dengan manual transmission, yang dijual di harga Rp 298 juta!

Padahal Cortez sudah bertransmisi otomatis, dan dibekali dengan captain seat, leather seat, electric seat, electric parking brake dan auto start-stop features yang lazim ditemukan di mobil-mobil kelas menengah atas.
Dan saat saya mencoba duduk di dalam cockpit Wuling Cortez saya melihat kualitas interior nya tidak buruk. Memang tidak sebaik mobil Jepang ataupun Eropa, tapi terus terang melebihi ekspektasi saya!

Apalagi kemudian mobcin juga menanggapi keraguan konsumen mobil Indonesia yang japan-minded dengan garansi mesin dan servisnya.
Wuling menawarkan garansi mesin sampai dengan 5 tahun. Yang lebih ‘gila’ lagi adalah DFSK, yang menawarkan SUV andalan mereka, Glory, garansi mesin dan servis sampai 7 tahun atau maksimal 150.000 km! Sebagai perbandingan, merk-merk Jepang dan Korea umumnya hanya memberi garansi 20.000 km maksimal.

Dan jadilah Glory 580 ini memikat perhatian pengunjung GIIAS 2018. Tongkrongannya keren. Interiornya yang dibalut jok kulit memang terlihat mewah, walau kalau saya lihat lebih teliti, kualitasnya masih di bawah Wuling. Dan cobalah membuka tutup pintu Glory. Jangan berharap mendengar suara pintu yang mantab (“thud“) saat ditutup seperti mobil pabrikan Eropa atau Jepang. Yang terdengar adalah bunyi “ceklek“, salah satu ciri mobil dengan kualitas bahan murah dan pengerjaan yang tidak halus.

Tapi walau demikian, dengan harga yang sedemikian miring, pasti masih banyak konsumen yang tertarik dengan Wuling ataupun Glory. Bahkan saat saya berbicara dengan sales Wuling, saya mendapatkan informasi kalau Wuling sudah membangun pabrik seluas 60 hektar di Cikarang, yang terdiri 30 hektar pabrik perakitan dan 30 hektar pabrik spare parts.
BUMN Cina ini serius dengan menanamkan investasi sebesar 700 juta dollar amerika dengan kapasitas 120.000 mobil per tahun. Luar biasa!
Kalau saya sedang mencari mobil dalam segmen ini, saya pasti akan serius mempertimbangkan Wuling. Karena dengan basis produksi dan spare parts sedemikian besar di Indonesia, tampaknya keraguan terhadap kehandalan dan perawatan mesin dapat berkurang. Paling tidak, kita tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan suku cadang dan jasa perawatan mobil ini di Indonesia. Umur pemakaian bisa dijamin. Saya sih tertarik, bagaimana dengan Anda?
Bintang Pameran: Suzuki Jimny
Oke cukup membahas kiprah si mobcin.
Mari kita melihat bintang dari pameran GIAAS tahun ini. Siapa lagi kalau bukan The New Jimny!
Stand Jimny terlihat paling ramai dikerubuti oleh pengunjung. Susah untuk mendapatkan clean shot foto mobil ini tanpa ada photo bomb pengunjung. Kehadiran Jimny juga membuat beberapa stand mobil lain jadi terasa sepi.

Beberapa bulan lalu saya sempat posting di Facebook mengenai mobil satu ini. Saat itu saya lihat artikel di website bahwa ini adalah lansiran model terbaru Jimny setelah hampir 2 dekade. Saat saya share, ternyata banyak teman-teman se “angkatan” yang nimbrung berkomentar.
Ternyata Suzuki Jimny mendapat tempat spesial di kita karena mobil ini merupakan mobil yang sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa 80-an.
Kalau tidak memiliki sendiri, paling tidak ada teman atau saudara yang memiliki. Atau minimal pernah naik dan meninggalkan memori tersendiri.
Pada kasus saya, Jimny turut berjasa membantu saya bisa menyetir mobil. Mobil pertama yang saya pakai untuk latihan mobil adalah Suzuki Jimny generasi ke-2, LJ410. Kopling dan stirnya luar biasa berat. Tapi untunglah Papa almarhum kemudian menggantinya dengan model Jimny yang lebih baru, SJ410, yang lebih mudah dikendarai.
Kakak sulung saya, Mas Oyi, juga dulu cukup terkenal di kampus karena Suzuki Jimny putih-nya yang dipangkas suspensi sehingga “ndeprok” berban radial. Heits sekali di masanya 🤣
Lah jadi kemana-mana. Kembali ke laptop.
Suzuki Jimny generasi baru ini ternyata belum dijual di Indonesia. Indomobil, dealer mobil Suzuki di Indonesia, tampaknya menggunakan GIIAS 2018 sebagai event untuk perkenalan sekaligus mengetes animo pasar.

Saat pameran ada petugas yang mendata para pengunjung yang tertarik dengan Jimny, dengan menanyakan kira-kira di kisaran berapa ekspektasi harga si Jimny. Sang petugas mencatat nama, nomor telepon, dan harga minimal dan maksimal kita bersedia membeli Jimny. Saya lihat sih rata-rata orang menulis di rentang harga 200-300 juta. Which makes sense.
Karena sejatinya memang termasuk dalam kategori mobil compact di Jepang, Suzuki Jimny generasi terbaru ini juga terlihat kecil. Kalau dibandingkan dengan Avanza ya kalah jauh dimensinya. Di dalamnya ada dua kursi depan, dan satu kursi belakang untuk dua orang yang bisa dilipat. Persis seperti Suzuki Jimny dahulu kala.

Masuk ke dalam, dashboard Jimny walaupun terlihat modern, tapi tetap mengusung rasa nostalgia Jimny di tahun 80-90an. Walaupun sempit, namun posisi mengemudinya cukup nyaman. Membesut mesin 1300cc, sepertinya Jimny ini akan tetap berkarakter lincah dan gesit.


Ada dua warna Jimny yang dipamerkan, yakni hijau dan kuning. Nah, mengikuti budaya pop culture masa kini yang penuh personalisasi, Jimny ini sangat berpotensi untuk dilansir dalam berbagai warna dengan asesoris unik.
Apabila Indomobil akhirnya memasukkan Jimny ini ke Indonesia dalam rentang harga 200 jutaan, rasanya animo para pengunjung GIIAS 2018 akan berlanjut dengan tingginya angka penjualan. Kita nantikan bersama.
Foto-foto lain selama pameran
Begitulah oleh-oleh saya mengunjungi GIIAS 2018. Berikut beberapa jepretan foto yang diambil di sana, untuk beberapa mobil yang menarik perhatian. Sampai ketemu lagi tahun depan! ☺️





Wuling “merusak” dominasi Jepang di Indonesia sehingga bisa membuat harga mobil Jepang di kelasnya tetap masuk akal.
Kuncinya di 3S (Sales, Service, Spare part), asalkan pabrikan China ini benar2 serius dan nggak buru-buru cabut maka kepercayaan konsumen Indonesia yg terkenal “kritis” pada ketersediaan spare parts dan harga jual second bisa diraih.
Penjualan wholesales Wuling periode Agustus 2017 – Juni 2018 sebesar 13.170 unit kendaraan. sumber https://www.google.com/amp/s/m.jpnn.com/amp/news/setahun-eksistensi-wuling-motors-tumbuh-pesat
Thanks bro Darius. Setuju 100% dengan pendapat Anda. lama-lama kepercayaan konsumen akan diraih. Seperti pabrikan Korea kan sekarang sudah dilihat sebagai alternatif yang baik dari merk Jepang. Thanks for the info and comment 🙂