Begitulah kesimpulan saya hari ini. Bermaksud hanya untuk coba-coba Kereta Bandara Railink, ternyata pilihan saya tersebut menyelamatkan saya dari terlambat naik pesawat.
Sementara itu Elok, istri saya yang harusnya berangkat bersama saya, seperti biasa menggunakan mobil ke Bandara. Sungguh sial, terjadi kemacetan parah di jalan tol. Kabarnya ada truk terguling yang menyebabkan jalanan macet total. Sudah berangkat dari kantornya 3.5 jam sebelum jadwal keberangkatan ternyata tidak cukup untuk menembuh kemacetan parah tersebut. Hiks, she missed the flight. Jadilah saya terbang sendirian.
Sebetulnya rencana naik kereta ini juga kebetulan. Karena sopir saya tidak masuk kerja hari ini, saya jadi terpikir untuk mencoba kereta bandara. Niat awalnya seperti yang sudah-sudah, yaitu naik taksi atau pergi ke Bandara bersama istri saya. Tapi karena ingin mendapatkan pengalaman baru (dan membagikannya melalui blog ini), maka saya memutuskan untuk mencoba naik kereta.
Kebetulan kantor saya memang tidak jauh dari stasiun BNI City, stasiun tempat keberangkatan kereta Bandara. Mungkin hanya 2-3 km jaraknya. Saya tinggal berjalan sedikit ke Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), menyeberang jalan Sudirman, dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan singkat naik bis Kopaja. Trotoar baru sepanjang Jalan Sudirman yang luas dan bersih membuat saya lebih bersemangat berjalan daripada naik ojek atau taksi dari kantor.


Hanya 15 menit saya sudah sampai di Stasiun BNI City. Memang sekeliling stasiun masih berantakan. Pembangunan area MRT dan jalur penghubung ke stasiun commuter line Dukuh Atas masih dalam pengerjaan. Jadi, harap maklum kalau berjalan kaki menuju ke Stasiun BNI City mungkin terasa kurang nyaman, terutama bagi pelancong yang menyeret koper. Tapi tunggu 1-2 tahun lagi, kawasan Dukuh Atas ini akan menjadi pusat moda transportasi Jakarta, yang menghubungkan kereta Bandara dengan moda transportasi lain, seperti commuter line, busway sampai MRT. Bepergian dari sini pun pasti akan terasa nyaman.

Mungkin karena belum terintegrasinya moda transportasi ini yang membuat peminat Kereta Bandara juga masih sedikit. Saya yang turun dari Kopaja harus melewati tangga tanpa jalur koper, dan menyeberang jalan raya dengan lalu lintas lalu lalang. Jalanan menuju stasiun pun terlihat sebagai jalur sementara yang seadanya. Kurang nyaman, but all in all it’s ok lah.



Sesampainya di Stasiun BNI City pun Anda akan menemukan banyak stall komersial yang masih kosong. Hanya ada beberapa restoran yang sudah buka. Entah apa mungkin juga sudah ada yang tutup, karena jumlah pengunjung yang masih sedikit pasti susah untuk membuat usaha untung. Yah mungkin nanti dua tahun lagi baru akan ramai.

Anyway, stasiun karena masih baru terlihat bersih, modern dan lapang.
Oh ya, saya di pagi hari sudah membeli tiket kereta melakui aplikasi Railink yang bisa di undur melalui AppStore atau Google Play. Saya membayar tiket seharga Rp 70.000 + Rp. 5000 biaya administrasi dengan menggunakan kartu kredit.

Terus saya terang tidak mengalami kesulitan berarti. Tiket yang saya beli langsung dikirim ke email saya, disertai nomor booking dan bar code. Bahkan sudah ada nomor gerbong dan kursi. Splendid. Entah kenapa kok banyak yang me-review aplikasi jelek sekali, karena komplain proses daftar dan sign-in yang bermasalah. Not for me, fortunately.
Tapi ternyata saat sampai ke stasiun, menurut petunjuk petugas di bagian informasi stasiun, saya tetap harus mencetak tiket di mesin ticket vending machine. Prosesnya sih juga gampang, tinggal memasukkan kode booking dan nomor handphone saya, tiket sudah tercetak. Tiket ini yang kemudian saya pakai untuk membuka gerbang masuk ke dalam peron dengan memindai barcode.



Untuk yang mungkin enggan membeli secara online, sebetulnya membeli melalui ticket vending machine juga mudah. Siapkan saja kartu kredit atau kartu debit dari BCA, BRI P, Mandiri atau BNI untuk membeli langsung di stasiun. Hanya mungkin pada hari sibuk atau nanti saat kereta bandara ini semakin populer, Anda belum tentu bisa mendapatkan seat di jadwal yang Anda inginkan.
Saat ini, kereta Bandara akan berangkat dari stasiun BNI City ke Bandara setiap 30 menit. Kereta pertama adalah jam 03.21 dan terakhir jam 22.51.
Jadwal keberangkatan kereta saya sendiri adalah jam 17.21. Dan dijanjikan akan sampai di Bandara jam 18.07. Saya hanya menunggu sebentar untuk kemudian ada panggilan di pengeras suara stasiun kalau penumpang kereta pukul 17.21 diminta untuk memasuki peron.
Stasiun tempat penukaran karcis berada di Lantai 2, sedangkan peron kereta ada di lantai Ground. Jadi Anda harus kembali turun dan masuk ke peron dengan memindai barcode tiket Anda. Bagi yang membawa banyak koper jangan khawatir, tersedia lift ataupun travelator untuk turun ke peron.


Sesaat kemudian, kereta kami datang. Kereta persis berhenti di hadapan saya, dan kebetulan adalah gerbong saya, Executive 1. Di dalam tiket Anda sudah mendapatkan nomor gerbong dan kursi, jadi tinggal menuju tempat duduk Anda.


Sore tadi kereta lumayan ramai. Tidak sampai terisi penuh, tapi gerbong saya sih terisi setengah. Mungkin kalau di hari-hari weekend akan lebih ramai.
Gerbong cukup nyaman dan bersih. Disertai dengan panel penunjuk digital yang menampilkan berbagai konten modern. Di dalam gerbong tersedia tempat untuk meletakkan bagasi di bagian belakang gerbong dekat pintu keluar. Namun saya tidak melihat rak tempat menyusun koper-koper seperti di kereta bandara di Eropa atau Airport Express di HK. Jadi mungkin akan sedikit menyulitkan bagi yang membawa koper-koper besar.
Rak di atas kursi penumpang pun somehow tidak cukup besar untuk menyimpan koper ukuran cabin. Mungkin hanya cukup untuk menyimpan tas kerja atau tas laptop. Entah kenapa?
Anyway, perjalanan cukup nyaman, dan yang jelas tidak macet! Hanya sempat berhenti sebentar untuk pindah rel. Selanjutnya perjalanan lancar walaupun pemandangan yang dilihat kurang sedap dipandang mata (melewati beberapa daerah kumuh Jakarta dan Tangerang).
Dan luar biasa, Kereta sangat tepat waktu. Pukul 18.07 kereta sudah sampai di stasiun SHIA (Soekarno Hatta International Airport), setelah sebelumnya sempat berhenti di Stasiun Batu Ceper.
Namun yang perlu diingat bahwa sampai di stasiun SHIA bukan berarti sudah sampai di Terminal. Anda harus pindah ke Kereta Layang (Skytrain) untuk menuju Terminal. Skytrain Terminal 1 berbeda dengan Terminal 2 dan 3. Skytrain akan datang dan berangkat kira-kira 10-12 menit sekali, jadi silahkan untuk memperhitungkan waktu ini juga dalam merencanakan perjalanan Anda.



Pesawat saya malam ini berangkat dari Terminal 3, jadi saya menunggu sekitar 8 menit sebelum Skytrain Terminal 2 dan 3 datang. Naik ke dalam Skytrain, Anda akan merasa di airport luar negeri. Ikut bangga dan senang juga akhirnya Jakarta mempunyai moda yang layak untuk pindah antar terminal. Teringat sepuluh tahun yang lalu kita harus bersusah payah mencari taksi atau bis untuk pindah terminal. Not anymore!
Sampai di Terminal 3 saya lebih bangga lagi. Jalur menuju terminal sudah terintegrasi dengan baik dengan stasiun Skytrain. Mungkin tidak demikian dengan Terminal 1 dan 2, mengingat kedua terminal sudah dibangun lebih dulu dan mungkin tidak dipersiapkan dengan fasilitas Skytrain. Tapi kalau di Terminal 3 rasanya sudah seperti turun dari Airport Express di HK International Airport. Tinggal jalan menggeret koper dan naik eskalator sekali, sampai deh kita ke bangsal check-in penerbangan internasional ataupun domestik.

Oh by the way, perlu juga saya sampaikan apresiasi kepada para petugas satpam PKD yang bertugas di jalur Skytrain. Bukan hanya secara efektif menertibkan penumpang, mereka juga berinisiatif membantu mengarahkan penumpang yang masih celingukan bingung turun dari kereta Bandara. Dengan sigap mereka menunjukkan arah, bahkan di beberapa kesempatan saya melihat mereka memandu turis dengan bahasa inggris. Mantap!

Akhirnya saya pun dengan leluasa check in ke penerbangan saya. Berangkat dari kantor jam 16.30, naik kereta jam 17.21, sampai di airport jam 18.07, saya selesai check in jam 18.30, masih 1.5 jam dari jam keberangkatan pesawat saya. Not bad eh? Sementara istri saya yang malang masih terjebak di dalam kemacetan tol Bandara saat saya kemudian boarding.
Memang Jakarta is such a random city. Kadang kemacetan parah terjadi tanpa bisa diprediksi. Untuk itulah di tengah all of these randomness, we need a certainty. Dan Alhamdulillah saat ini, kita punya pilihan . Kereta Bandara Railink dapat menawarkan kepastian tersebut bagi Anda yang berencana bepergian dari Jakarta melalui Airport Soekarno Hatta. Moda transportasi umum yang relatif murah , nyaman, dan cepat.
Jadi kembali kepada kesimpulan di awal cerita: ke Bandara, lebih baik naik Kereta!
Ulasan yang lengkap, bertutur layaknya media profesional.
Cuma satu yg kurang, masa ditulis ‘istri saya yang malang’, mesakke men tho, hahahaha.
Nice writing, keep it up coming brother.
Haha pancen malang je. Kena macet 3.5 jam lebih.. dan bangun pagi2 untuk harus nyusul.
Thank you for appreciation, as always, brother!