Menapak Kawah Ijen

Agenda hari ini dimulai sangat dini. Pada pukul 00.30 dini hari, disaat Manchester United memulai pertandingan pertama di bawah Ole Gunnar Solksjaer (MUTD menang menyakinkan 5-1 atas Cardiff, btw ☺️), rombongan kita justru keluar hotel menuju kaki Gunung Ijen untuk melakukan trekking ke Kawah Ijen.

Trekking dilakukan selama hampir 3 jam, menanjak elevasi lebih dari 500 meter, dan di beberapa bagian trek bahkan menanjak dengan sudut hampir 45 derajat. Oleh karenanya untuk membantu para turis yang ingin eksis namun tidak dikaruniai daya tahan fisik, para pekerja pengangkut belerang sudah mentransformasi pekerjaan mereka menjadi penarik trolly untuk mengangkut para turis ke Kawah Ijen.

Trolly pengangkut turis di Kawah Ijen

Dengan membayar minimal 600 ribu rupiah (bisa sampai 800 ribu kalau lagi ramai), pengunjung tinggal duduk di atas trolly, dan ada 3 orang yang akan menarik dan mendorong trolly sampai atas.

Bagi kaum pencinta alam fundamentalis, hal ini tentu jadi bahan cibiran. Tapi dari sisi pariwisata dan ekonomi rakyat, ini merupakan terobosan jenius yang membuat Kawah Ijen lebih accessible untuk khalayak ramai.

Jadi kalau ada kontroversi tak mengapalah, toh sesampainya di atas kita pun foto-foto bersama, menikmati kecantikan Kawah Ijen dan daerah sekitar. Berikut foto-fotonya:

Saya, Rafif dan Kaisar, tiga pendaki pertama dari rombongan yang sampai Kawah Ijen
Rafif berjalan sekitar Kawah Ijen
Anothet drone shot of our group from different angle
Kawah Ijen, sesaat setelah kami sampai. Masih pukul 5 pagi tapi sudah ramai

Akhirnya setelah puas berfoto-foto di atas, kami turun kembali. Berjalan turun ternyata membawa kesulitan yang berbeda.

On the way down.. tricky!

Kalau saat naik lutut dan paha yang bekerja keras, saat turun giliran lutut dan betis yang menjadi tumpuan melawan gravitasi. Untung jalanan tidak terlalu licin, walau untuk rekan kami yang mengenakan sneakers beralas agak licin, beberapa kali harus terjatuh

Tapi saya dan Rafif menemukan cara yang efisien dan tepat untuk turun: dengan sedikit berlari. Dengan metode ini, engkel bekerja lebih ringan, dan lebih cepat sampai tujuan… asal pintar jaga keseimbangan ya!

Akhirnya lebih sedikit dari satu jam, saya dan Rafif sampai di pos pemberangkatan. Tanpa menunggu banyak waktu, kami segera menebus reward yang kita canangkan sendiri sebelum berangkat: makan Indomie dua bungkus! Hajar! Hahaha.

Alhamdulillah sampai!
Collecting our reward: Makan Indomie dua bungkus!
Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s