
Minggu ini lalu lintas Jakarta luar biasa parah, terutama saat pulang kantor. Dipicu oleh hujan besar di siang dan sore hari, banyak jalanan tergenang banjir. Akibatnya kemacetan mengunci di beberapa perempatan. Dan mengular ke hampir seluruh penjuru jalan protokol.
Paling tidak tiga hari terakhir ini saya mengalami kemacetan yang parah di sekitar daerah tempat saya bekerja, yakni kawasan Mega Kuningan.
Di hari pertama, Selasa kemarin, untuk pulang ke rumah saya yang berjarak tidak sampai 10 km dari kantor, saya membutuhkan waktu 3,5 jam.
Keluar dari kawasan Mega Kuningan, kemacetan mulai mengular di Jalan Denpasar. Semakin lama, ternyata kemacetan semakin mengunci di perempatan Kuningan. Lepas dari perempatan ini, mobil pun masih beringsut pelan. Ternyata penyebabnya adalah sebagian jalan Tendean terendam banjir. Sehingga hanya 1 jalur yang bisa dilalui mobil. Alhasil, 2 jam saya habiskan hanya untuk melalui rute yang biasa saya lalui hanya 20 menit.

Malam itu saya berkali-kali menyalahkan diri sendiri. Kenapa tidak naik MRT? Padahal rumah saya kan dilalui jalur MRT. Hanya saja memang stasiun MRT terdekat dari kantor berjarak 2 km. Masih feasible untuk ditempuh berjalan kaki sebetulnya. Daripada terjebak di kemacetan yang membuat mood buruk dan bete. Toh memaki-maki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Polisi juga tidak membuat perjalanan semakin cepat. We choose to be happy. Marilah menyikapi.
Oleh karenanya, di hari kedua, di hari Rabu, saya tidak mau terjebak pada kesalahan yang sama.
Saat menyaksikan rute jalan pulang di Google Map berwarna merah gelap, saya memutuskan untuk naik MRT. Kebetulan hari itu sore tidak hujan. Tapi entah kemacetan sudah terjadi di mana-mana.

Jadi lah saya berjalan kaki dari Mega Kuningan ke stasiun MRT Bendungan Hilir. Jarak cuman sekitar 2 km, dan dalam 20 menit saya sudah sampai dengan berjalan. Thanks to Pemkot DKI, pedestrian di jalanan protokol Jakarta sekarang sudah lebar dan nyaman. Kadang-kadang saja masih ada beberapa pengendara motor kurang ajar yang naik ke pedestrian menghindari kemacetan. Alhamdulillah tidak banyak. Jadi tak terasa, berjalan sambil dengerin podcast, tahu-tahu sudah sampai di stasiun MRT.

Jadilah dengan total waktu kurang dari 1 jam (58 menit), saya sudah sampai rumah. Ini sudah termasuk waktu berjalan kaki dari kantor ke Stasiun MRT Benhil. Dan dari Stasiun Fatmawati, tempat saya turun, ke rumah.
Jadi saya bisa sampai rumah lebih cepat. Dengan mood yang jauh lebih baik. Dan bonusnya, mendapatkan exercise 6 km berjalan kaki.

Nah di hari ketiga, yakni kemarin Hari Kamis, I stepped up one notch.
Kalau hari sebelumnya saya jalan kaki ke MRT, kali ini saya berlari. Kebetulan hari Kamis sore adalah jadwal lari bareng dengan teman-teman kantor. Biasanya kita lari di GBK. Tapi karena sejak siang sudah hujan deras di kawasan Kuningan, niat teman-teman untuk berlari jadi surut.
Saya yang sudah siap dengan running gear dan juga jas hujan tipis dari rumah sudah merencanakan akan mencoba lari pulang ke rumah, daripada kena macet.
Hujan yang masih turun tidak menyurutkan niat saya. Dari kawasan Mega Kuningan saya berlari ke MRT Benhil. Karena merasa jarak masih terlalu dekat untuk lari, saya lanjutkan lari ke stasiun MRT berikutnya, yaitu MRT Senayan.

Sampai di MRT Istora saya baru sadar satu hal: saya tidak bawa masker! Padahal untuk masuk ke stasiun MRT wajib mengenakan masker. Jadilah saya kemudian melanjutkan lari lagi. Sudah terbayang bisa-bisa full lari nih sampai rumah. Padahal hujan semakin deras, dan badan juga lumayan capek karena seharian bekerja.
Kemudian saya ingat ada warung kecil di pinggiran Jalan Sudirman. Tepatnya di lahan kosong sebelum pintu masuk MRT Senayan. Dan Alhamdulillah mereka menjual masker. Dan bisa menerima pembayaran pake QRIS lagi! Luar biasa penerimaan digital banking di Indonesia ini.
Jadilah kemudian saya berhasil naik MRT dari MRT Senayan. Turun di MRT Cipete, saya kemudian melanjutkan lagi lari saya ke rumah. Hanya 100 meter dari rumah saya lihat jam Garmin saya baru mencatatkan 4 km (karena counter saya matikan saat masuk stasiun MRT). Akhirnya saya lanjutkan berlari di kawasan Komplek Keuangan dekat rumah saya. Untuk menggenapkan lari jadi 5 km. Hehehe.
Alhasil saya sudah sampai rumah jauh lebih awal dari sopir saya, Iyan yang tadi saya tinggal bersama mobil di kantor. Kira-kira beda 1,5 jam malam ini. Karena kondisi banjir di area Fatmawati dan Cilandak ternyatta cukup parah. Istri saya Elok pun baru sampai 2 jam setelah saya sampai di rumah.

Memang benar, MRT atau yang berbasis kereta merupakan solusi terbaik untuk transportasi di Jakarta. Di saat moda transportasi lain seperti Busway, motor apalagi mobil terjebak dalam kemacetan, MRT meluncur mulus tanpa halangan. Apalagi kalau dikombinasikan dengan lari, jalan atau bersepeda yang juga memberikan bonus exercise untuk kesehatan badan.
Beat the traffic!
Puas banget lihat pedestriannya, Pak… 🙂ramah banget untuk oejalan kakak. smg smakin baik kota nya. 🤲
Aamiin.. thank you