Salah satu resolusi utama saya di tahun 2008: Stop smoking! (berhenti merokok-red).
I had been a on-and-off smokers. Well, tepatnya lebih melihat situasi dan lokasi. Kalau sedang berada di kantor, atau kongkow dengan teman di kafe atau lapangan golf, honestly I’m a quite a smoker. Tapi kalau di rumah, saya hampir tidak pernah merokok. Karena Elok, istri saya sejak dulu sudah mendeklarasikan “benci dengan rokok”. Rafif, anak saya juga berkali-kali “menasehati” untuk berhenti merokok. Katanya, “kata Bu Guru merokok itu tidak sehat Pah!”
No one can argue with him. In fact, his words of wisdom made me do this.
Sebenarnya sudah lama ingin berhenti merokok. Dan sebelumnya pernah berhenti selama hampir 3 tahun di masa kuliah, dan beberapa kali pada saat sudah bekerja, yang kira-kira cuma bertahan sekitar 1 sampai 3 bulan. Selalu saja balik lagi.
Tapi saat ini tekad saya sudah bulat. I’m not young anymore. Di usia-usia sekarang ini saya sadar biasanya kita mulai menuai apa yang kita “tanam”. Kita menuai “kesuksesan” dalam karir kalau sejak dulu kita sudah “bekerja keras”. Tapi kita juga bisa menuai “penyakit” kalau sejak lama kita sudah berkebiasaan yang kurang sehat, seperti makan sembarangan di pinggir jalan, atau merokok. Saya tidak mau “disadarkan” oleh diagnosa dokter. Pada saat itu, yang akan ada hanya penyesalan. So, it’s time for me to act. And the time is NOW.
Memang masih panjang perjalanan pembuktian resolusi saya ini. Tepat hari ini baru 13 hari saya benar-benar lepas dari asap rokok. Tapi tampaknya tanda-tanda positif sudah mulai muncul.
Saya sudah tidak terlalu “kepengen”lagi merokok kalau sedang stress sama pekerjaan atau usai makan siang di kantor (obatnya: kopi panas, dan/atau permen karet Lotte Xylitol). Saya merasa lebih sehat sepanjang hari (entah sugesti, entah kenyataan, but it doesn’t matter). Dan ternyata saya juga menemukan dua rekan kantor yang sebelumnya teman “merokok” sambil ngopi di kantor, yang tanpa perjanjian, ternyata punya resolusi yang sama untuk berhenti merokok! Ha! Is it coincidence or what? Menurut survei, teman-teman merupakan godaan utama untuk merokok. Jadi kalau mau berhenti merokok, memang akan lebih mudah prosesnya kalau dilakukan bersama-sama dengan teman-teman sesama perokok.
Singkat cerita, mohon doa dan dukungan teman-teman ya agar niatan saya ini berhasil. Syukur-syukur ada juga yang tergugah setelah membaca tulisan saya ini (atau membaca alasan-alasan di bawah ini yang mungkin juga jadi relevan buat Anda.) Insya Allah kalau kita berniat baik, hasilnya juga akan baik. Amin.
10 Alasan Utama Saya Berhenti Merokok:
- I love my family and want to make them happy. Enough said.
- Saya mau sehat dan lepas dari bayang-bayang ketakukan di diagnosa dokter penyakit kronis. Saya enggak mau ada orang lain yang bilang ke saya, “Ben, I told you so“.
- Saya mau jadi role model yang positif untuk anak-anak saya.
- Merokok itu makruh, membuat orang menjadi perokok pasif. Daripada nambahin dosa memberi penyakit ke orang, ya mending stop aja.
- Saya mau lebih gemuk (jangan ketawa!)
- Saya mau bayar premi asuransi lebih murah.
- Saya pengen duduk di sofa empuk Starbucks kalau lagi ngopi di situ. Biasanya selalu duduk di kursi taman di luar store (smoking section)
- Saya mau punya fisik yang lebih baik dan napas lebih panjang kalau main futsal atau sepakbola.
- Saya mau menikmati masa pensiun saya nanti sebagai orang tua yang sehat. Bisa keliling main golf di mana aja, foto-foto kebudayaan dunia, jalan-jalan dengan keluarga.
- I want to save some money. Kira-kira penghematan yang bisa saya lakukan tanpa merokok adalah sebesar 2 juta per tahun. Kalau ditambah dengan uang ngopi yang sering dilakukan bersamaan dengan ngerokok, yah kira-kira 3 juta deh setahun. Enggak banyak sih.. tapi mungkin bisa buat tambahan beli gadget baru? Hehehe…
Baca ini juga: Reasons for Quitting Smoking
glad to read this. baidewai, tanggal mulai berhenti merokoknya sama neh, sama2 tanggal 1 januari. kalau ane udah 2 tahun and -still counting- aja bisa masa ente yang per harinya kalah ama ane aja kaga bisa? AYO KAMU BISA!
gud..gud..
kalu minum coca cola juga udah berhasil dikurangi belum…??
kayaknya efeknya terhadap kebugaran hari tua juga sama besarnya
inget ndak dulu abis maen bola yg kita cari langsung coca cola dan langsung abis minum sebotol 🙂
Aku juga ben, resolusi ga banyak2 minum quickly, krn setelah dihitung2 aku abis 2 jutaan buat quickly doang per tahun…kan bisa beli tas baruuu…
good start man…
next stop….coca cola…gula man…lebih bahaya dari nikotin…
gua masih suka geleng-geleng waktu loe boyong vending machine ke kantor loe di Andersen demi coca cola haha
Ehhh… baru tahu kalo kamu brenti ngerokok. Secara baru sekarang aku ngintip page-mu ini, itu pun gak sengaja waktu iseng google namanya si Aya.. Gimana, sekarang udah Maret, masih lanjut nggak? Mudah2an lah ya… biar gak bau asbak… mana tahu bisa melembung kayak Mas Oyik… LONG LIVE NO SMOKING!!!
Layout blognya bagus deh Ben. Baru tahu juga Iben mo berhenti merokok. Semoga sukses ya! Iya tuh, coca-cola kudu berhenti juga. Tapi emang enak sih… mungkin mulai dari coca-cola yang zero sugar kali ye:D
Haiyaa.. elu stop merokok, tapi dirokok gak stop kan?
Btw gue sekalian mau promosiin company gue nih GITAcoustic (www.gitacoustic.com) buat siapa aja yang butuh entertainment, khususnya live music & antek2nya, he he he
lagi suntuk gue……