Memasuki menit 30 partai final Liga Champions Liverpool melawan Real Madrid masih terlihat sengit. Kedua tim masing-masing menciptakan peluang yang membahayakan gawang lawan. Sampai kemudian terjadi kejadian itu. Kapten Real Madrid, Sergio Ramos berebut bola dengan Mohamed Salah, penyerang andalan Liverpool. Aksi saling berebut yang sangat physical tersebut berbuah korban. Salah ikut jatuh ke tanah bersama Ramos yang mendekap erat lengannya. Terjatuh dalam posisi tidak sempurna, bahu Salah menumpu berat badannya. Salah tergeletak kesakitan. Ia coba bangkit dan bermain lagi selama beberapa menit, untuk kemudian terduduk lesu di lapangan sambil menangis. Salah terpaksa keluar lebih awal dengan hati hancur. Entah kenapa, mental rekan-rekan setimnya pun ikut runtuh. Liverpool pun menyerah 1-3 dari sang juara tiga kali berturut-turut, Real Madrid.
Kejadian di menit ke-30 tersebut membuat dunia sepakbola terhenyak. Memang ada yang menyoraki: mayoritas fans Real Madrid (dan juga mungkin Manchester United, LOL). Tapi mungkin lebih banyak yang bersimpati kepada Salah. Terutama fans sepakbola dari Indonesia.
Ya, nama Mohamed Salah memang sedang harum-harumnya musim ini. Ditarik dari AS Roma di awal musim oleh Liverpool, kiprahnya di Liga Inggris dan Liga Champions memang mengkilap. Total 32 gol dicetak pemain Mesir ini, sekaligus menyabet gelar top skor Liga Inggris. Di Liga Champions, sebelum kejadian mengenaskan di menit 30 tadi, Salah digadang-gadang sebagai harapan The Reds untuk meraih gelar juara ke-enam kali.
Khusus di Indonesia, Salah meraih lebih banyak simpati karena ia dikenal sebagai seorang muslim yang taat. Kabar mengenai kebiasaan Salah membaca Al-Quran di sela perjalanan, atau istiqomah-nya dia dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, semakin memikat hati penggemar sepakbola Indonesia, negeri penganut Islam terbesar. Saking terpikatnya, banyak fans Manchester United, yang notabene “rival ideologis” dari Liverpool, ikut-ikutan mendukung Liverpool di Final Champions League kemarin, karena Salah (not me!)
Maka saat Salah menangis di Kyiv, banyak yang mendadak jadi baper di Indonesia. Ramos jadi musuh bersama. Caci maki kepada Kapten Real Madrid tersebut membahana di lini masa media sosial. Apa sebab? Bukan hanya karena kekalahan Liverpool, namun juga karena cedera tersebut, harapan mereka menyaksikan kiprah Salah di Piala Dunia Russia terancam gagal.
Padahal Salah adalah tumpuan utama Tim sepakbola Mesir, negeri yang juga mayoritas penduduknya beragama Islam. Sudah sejak lama, fans sepakbola Indonesia mengidolakan pemain sepakbola dari negara sesama penganut Islam. Kesamaan agama secara psikologis mendekatkan mereka untuk mendukung kiprah sang pemain dan negaranya di kancah Piala Dunia. Masih lekat di ingatan dukungan kepada Rabah Madjer dari Aljazair di tahun 1982, Said Owairan dari Saudi Arabia di Piala Dunia 1994, Ali Daei dari Iran, serta Hakan Sukur dari Turki di awal abad 21. Mohammad Salah dari Mesir adalah salah satu generasi terakhir pemain sepakbola muslim yang mampu muncul di tingkatan elit sepakbola.
Memang akhir-akhir ini kita banyak menyaksikan kiprah pemain muslim yang cemerlang di pentas sepakbola, khususnya di liga-liga Eropa. Hal ini tak lepas dari derasnya arus migrasi warga negara dari negara-negara Arab, Timur Tengah dan Afrika ke Eropa. Kalau kita lihat memang sebagian besar pemain sepakbola muslim adalah anak kaum imigran di Eropa. Yang paling terkenal tak lain adalah Zinedine Zidane, pemain legendaris timnas Perancis yang berhasil menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Zidane adalah anak migran dari Aljazair yang lahir dan tumbuh di Perancis. Walaupun ia seorang warga negara Perancis, Zidane adalah seorang muslim. Kendati demikian, Zidane tidak dikenal sebagai seorang muslim yang taat, jadi tidak banyak yang kita dengar dari Zidane mengenai agama yang dianutnya.
Lain halnya dengan Karim Benzema. Penyerang utama Real Madrid ini juga merupakan seorang penganut agama Islam yang memiliki garis darah mirip dengan Zidane. Ia juga memiliki darah keturunan dari Aljazair. Bedanya, Benzema cukup dikenal sebagai seorang muslim yang taat. Ia banyak diberitakan selalu berpuasa Ramadhan, walaupun harus menjalani latihan berat untuk menunjang profesinya. Sungguh ironis memang, kedua figur utama Real Madrid inilah yang melenyapkan harapan sang idola baru fans sepakbola Islam, Mohamed Salah di final liga Champions kemarin.
Derasnya arus migrasi ke Eropa ini ternyata membawa perubahan demografi yang nyata di pentas sepakbola dunia. Kini sudah semakin banyak pemain muslim yang tampil sebagai elit pesepakbola di liga-liga utama Eropa. Dan tentunya dengan strata permainan yang mereka miliki, mereka menjadi andalan negara mereka yang akan tampil di Piala Dunia 2018 di Russia nanti. Kita lihat beberapa di antaranya:
- Mesut Ozil (Jerman) – Pemegang gelar Juara Dunia 2014 ini masih menjadi salah satu andalan tim nasional Jerman di Piala Dunia. Playmaker yang bermain di klub Inggris Arsenal ini, akan tampil pada Piala Dunianya yang ketiga.
- Paul Pogba (Perancis) – Gelandang muda berbakat yang berkiprah di Manchester United. Bersama dengan pemain-pemain generasi muda Perancis lainnya seperti Antoinne Grizzman, Raphael Varane ataupun N’Golo Kante, mereka menjadi salah satu favorit juara Piala Dunia kali ini.
- Xerdan Shaqiri (Swiss) – Walaupun Shaqiri menutup musim 2017/2018 dengan memilukan- timnya Stoke FC, terdegradasi dari Liga Premier Inggris, namun winger bertalenta tinggi ini masih dapat menumpukan harapannya untuk membuat kejutan bersama tim nasional Swiss.
- Marouanne Fellaini (Belgia) – pemain berambut kribo yang kontroversial. Jumlah fans yang menyukai pemain dengan gaya main yang mengandalkan tinggi badan dan kekuatan fisik, sama banyaknya dengan yang membencinya. Namun jelas bahwa pelatih Belgia, Roberto Martinez, termasuk yang menyukainya. Terbukti dengan terpilihnya Fellaini ke dalam salah satu squad tim nasional Belgia, dimana dia akan kembali bersatu dengan rekan satu timnya di Manchester United, Romelu Lukaku.
- Sadio Mane (Senegal) – rekan setim Mohammad Salah dari Liverpool. Penyerang sayap berbahaya ini mulai dikenal saat berkiprah di Southampton. Aksinya yang eksplosif dan ketajamannya berperan besar dalam membawa Senegal ke Russia dengan tampil sebagai pemuncak grup kualifikasi Afrika tanpa kalah satu kali pun.
Selain pemain-pemain terkenal dari liga Eropa ini, Piala Dunia 2018 juga diramaikan oleh 6 negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Mereka adalah Maroko, Tunisia, Senegal, Saudi Arabia, Iran dan tentu saja tim negara Mohammad Salah, Mesir. Jadi bagi mereka yang lebih mencondongkan pilihan tim favorit berdasarkan kedekatan agama, bakal memiliki banyak pilihan tim dan pemain jagoan. Sayang memang, walaupun kita adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, partisipasi kita hanya diwakili lewat bangku penonton dan pendukung. Entah sampai kapan. Sementara itu, mari kita doakan bersama-sama agar Mohamed Salah segera pulih dari cedera bahunya, dan dapat melanjutkan pesonanya di Piala Dunia 2018! Aamiin.