Saya yakin, banyak yang seperti saya yang menjadi fans tim nasional Inggris. Tertolong oleh meningkatnya popularitas Liga Inggris sebagai liga sepakbola paling kompetitif sedunia, popularitas The Three Lions juga semakin menanjak. Di dekade tahun 90an dan 2000an, timnas Inggris selalu disebut-sebut sebagai favorit juara.
Namun demikian, walaupun berbekal nama-nama tenar mulai dari generasi Paul Gascoigne dan Alan Shearer di tahun 90an, sampai kemudian munculnya istilah “England Golden Generation” di kaki Beckham, Steven Gerrard, Paul Lampard sampai Wayne Rooney, timnas Inggris selalu gagal mewujudkan harapan pendukungnya.
Mereka selalu kandas di turnamen akbar sepakbola, baik itu Piala Eropa ataupun Piala Dunia. Paling sering mentok pada babak 16 besar dan perempatfinal. Tercatat sejak tahun 1982 hanya sekali Inggris mampu menebus laga semifinal, yakni di tahun 1990, saat mereka harus kalah adu penalti dari Jerman, yang kemudian menjadi juara (lihat grafik).Prestasi Tim Nasional Inggris di Piala Dunia 1982-2014
Empat tahun terakhir ini prestasi Inggris semakin merana. Di Piala Dunia 2014 Brazil, Inggris berada dalam satu grup bersama Italia, Uruguay dan Costa Rica. Ini kali pertama 3 bekas Juara Dunia berada dalam satu grup. Hasilnya? Inggris kalah dari Italia dan Uruguay di dua partai pertamanya dan tidak lolos babak grup.
Caci maki terhadap tim nasional Inggris semakin menjadi-jadi di perhelatan Piala Eropa dua tahun lalu. Tak terbayangkan oleh pendukungnya, tim dari negara asal sepakbola dengan 55 juta penduduk ini tersingkir di babak penyisihan dari Islandia, yang notabene hanya memiliki 330.000 penduduk. Memalukan!
Kenapa sih sebenernya Inggris selalu merana di Piala Dunia? Saya baru saja membeli buku menarik berjudul Soccernomics, karangan Simon Kuper dan Stefan Szymanski. Di dalam buku ini, disajikan berbagai macam analisis statistik mengenai sepakbola. Salah satu bab membahas mengenai topik “Why England Always Lose?”. Nah ini dia, menarik.Sebelumnya banyak yang mengatakan kalau timnas Inggris gagal karena talenta muda Inggris tidak mendapat tempat berkompetisi di liga Premier. Karena komersialisasi liga Premier, serbuan pemain asing dari Eropa Barat, Afrika dan Amerika Latin dianggap sebagai penghalang munculnya generasi muda berbakat dari tanah Inggris. Tapi alasan ini dikesampingkan oleh Kuper dan Szymanski. Menurut mereka, justru ini adalah pemicu bagi pemain Inggris untuk lebih baik. Kalau memang pemain muda Inggris tidak mendapat tempat karena liga yang sangat kompetitif, lalu memang berarti Inggris tidak memiliki talenta yang bagus. Dalam hal ini mereka menganalogikan fenomena dalam ilmu ekonomi yaitu “pembatasan impor” oleh pemerintah hanya akan memberi insentif lahirnya “bad producer”. Jadi bukan di sini permasalahannya.
Jadi dimana dong?
Di dalam buku ini disebutkan ada tiga sebab:
- Liga Premier Inggris yang ketat tanpa winter break.Hampir seluruh pemain timnas Inggris berkiprah di Liga Premier, liga paling kompetitif tanpa winter break. Ditambah lagi dengan kompetisi Liga Champion, Piala FA dan Piala Liga, seorang pemain top Inggris dapat bermain lebih dari 50 pertandingan semusim. Akibatnya, pemain Inggris hadir kelelahan di Piala Dunia. Statistik menyebutkan timnas Inggris selalu menurun performanya di babak kedua pertandingan. Di Piala Dunia 2010, Inggris gagal mencetak gol di babak kedua.
- Ekslusifitas Talenta dari Kelas Menengah. Buku ini menampilkan hasil survei menarik mengenai latar belakang pemain timnas Inggris. Mengambil sampel pemain Inggris di Piala Dunia 1998, 2002 dan 2006, ternyata hanya 15% dari pemain Inggris yang berasal dari orang tua dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan dalam strata kelas menengah. Sisanya merupakan anak-anak dari working class (atau kaum buruh/blue collar workers). Dan ini ternyata sudah mengakar di budaya sepakbola Inggris. Semacam ada pembatas bahwa talenta muda berbakat seperti Wayne Rooney, hanya akan lahir dari orang tua yang buruh bangunan, atau pekerja kasar lainnya. Penulis berkesimpulan, selama mindset ini tetap ada di masyarakat Inggris, timnas Inggris tidak akan mendapatkan manfaat penuh talent pool mereka. Inggris tidak hanya butuh talenta pemain berbakat sepakbola, namun juga yang memiliki latar belakang intelegensia tinggi.
- Terpisahnya Inggris dari Jaringan Sepakbola Eropa. Letak Inggris yang terpisah secara geografis dari Eropa daratan ternyata juga menjadi sebagai salah satu sebab Inggris tertinggal dari negara-negara sepakbola di Eropa. Inovasi produk dan jasa akan sangat cepat terjadi apabila terdapat jaringan transfer pengetahuan yang erat. Hal yang sama yang menjelaskan mengapa Silicon Valley menjadi pusat inovasi IT di dunia, terjadi juga di sepakbola Eropa Barat. Perkembangan taktik dan cara bermain bola di Spanyol, Italia, Belanda dan Perancis melahirkan banyak inovasi taktik seperti tiki taka, catenaccio ataupun total foetbal. Sementara Inggris yang teralienasi dari perkembangan ini masih terlena dengan taktik lama kick and rush. Tak heran apabila sejak Inggris juara dunia tahun 1966, prestasi tim nasional Inggris sangat tertinggal dari negara-negara Eropa Barat seperti Jerman, Italia, Perancis, bahkan Portugal.
Jadi jelas kan? Memang tim nasional Inggris sejatinya bukan tim calon juara. Termasuk tim idola atau favorit, sih iya.
Jadi mungkin memang di situlah kita harus menempatkan tim nasional Inggris: tim non unggulan, underdog.
Dan kalau melihat komposisi pemain yang dipanggil oleh Gareth Southgate ke Piala Dunia 2018 ini memang pantas seperti itu. Isinya sebagian besar pemain-pemain muda, yang walaupun bertalenta namun miskin pengalaman internasional, dan tidak dapat disejajarkan dengan nama-nama tenar dari Golden Generation. Tapi mungkin di sini kuncinya. Tanpa ekspektasi yang berlebihan, tim ini mungkin bisa memberikan kejutan.
Hanya saja, satu grup dengan Belgia, Panama dan Tunisia, Inggris masih punya pekerjaan berat untuk lolos ke babak knock-out. Inggris harus menghadapi Belgia, peringkat 3 dalam FIFA World Ranking. Tim berjulukan Red Devils ini penuh dengan pemain bertalenta seperti Kevin DeBruyne, Lukaku ataupun Hazard, yang pasti akan menyulitkan Inggris. Tapi walaupun berisi pemain hebat di semua lini, masalah Belgia sama dengan Inggris: tidak bermental juara, selalu gugur lebih awal dari harapan.
Tim lain yang bisa merepotkan Inggris adalah Tunisia. Ya, Tunisia adalah tim berperingkat terbaik di Afrika, di atas Mesir-nya Mo Salah. Mereka berada di peringkat 13, hanya satu tingkat di bawah Inggris. Jadi meraih 3 poin bukan lah perkara gampang bagi Harry Kane dkk.
Mungkin hanya Panama saja yang diatas kertas dapat ditaklukkan. Tim dengan peringkat 55 di ranking FIFA ini lolos secara mengejutkan dengan menyingkirkan tim Amerika Serikat di zona Amerika Utara, itu pun dengan gol kontroversial. Datang untuk pertama kali di Piala Dunia, sedikit yang memfavoritkan Panama dapat melangkah jauh dan kembali memberikan kejutan.
Tapi sebagaimana banyak pengamat, saya memperkirakan Inggris masih bisa lolos dari Grup G ini, entah menjadi juara atau runner-up di bawah Belgia. Permasalahannya, kalau sampai lolos ke perempatfinal, Inggris akan menemui hadangan yang sangat berat. Apabila menjadi juara grup, Inggris kemungkinan besar akan bertemu Brazil. Dan apabila jadi runner-up, di perempat final akan bertemu Jerman. Dan kita tahu bersama, dan saya pernah tulis di artikel sebelumnya, dalam sejarah sejak 1982, Jerman atau Brazil atau keduanya, tidak pernah absen di babak semifinal Piala Dunia.
Jadi bagaimana?
Yah bagi fans tim Inggris, pesan saya: jaga ekspektasi. Ya karena memang di situlah harapan maksimalnya: Perempatfinal. Kan memang bukan tim favorit juara? Dengan menjaga ekspektasi kita tak lagi menyebut Three Lions sebagai tim idola yang merana. Lebih baik disebut sebagai tim underdog yang memberikan kejutan!
Go England! 🏴
One Comment Add yours