Bertemu Penerjemah Tintin Indira yang Melegenda

Pamflet Webinar dari Komunitas Tintin Indonesia, dan suasana saat Webinar

Minggu lalu sempat ikut webinar bersama Komunitas Tintin Indonesia. Menghadirkan penerjemah Tintin saat di bawah Indira, Ibu Melani Budianta, yang ternyata Guru Besar Fakultas Sastra UI. Sesi-nya full house, max capacity 100 orang. Banyak yang gak bisa masuk.

Banyaknya animo peserta sesi ini saya rasa karena generasi pencinta Tintin jaman Indira (baca: 80an) sangat terkesan dengan terjemahan yang luwes, lucu dan jadi legendaris. Termasuk saya. Jadi penasaran siapa di baliknya, dan bagaimana prosesnya.

Ibu Melani menjelaskan bagaimana proses penerjemahan saat itu “sangat membebaskan”. Beliau bekerja bersama kakak kelas di Sastra Perancis, Marion Apitule. Marion menguasai bahasa Perancis dan Belanda, Melani bahasa Inggris.

Koleksi Komik Tintin terbitan Indira

Referensi terjemahan mereka memang komik Tintin asli berbahasa Perancis dan juga terjemahan Inggris. Mereka saling membandingkan dan mencari padanan yang pas. Tidak ada arahan atau aturan dari pihak Herge, kreator Tintin. Makanya hasilnya jadi luar biasa luwes.

Yang paling banyak dikenang generasi pembaca tentunya adalah makian Kapten Haddock. Dan ini diakui Bu Melani. Paling berkesan katanya. Mencari padanan makian sang Kapten yang beragam harus disesuaikan dengan konteks saat itu dan kadang, rima bahasa.

Contoh: “Kampret, sompret, monyet!” ini kan berasal dari makian Haddock yang juga berima. Walaupun artinya tidak sama dengan aslinya, tapi semangat rima-nya dipertahankan.

Begitu juga “Biang Panu”, “Kutu Busuk”, “Babon Bulukan”

Itu bukan terjemahan literal dari umpatan paling sering diucapkan oleh Kapten Haddock yaitu “Blistering barnacles!”. Yaitu kerang atau siput kecil yang nempel di bawah kapal (teritip).

Nggak lucu kalau diterjemahkan sesuai aslinya.

Yang penting adalah memahami konteks makian sang Kapten. Tapi hasilnya terjemahan Ibu Melani dan Marilon jadi sangat berkesan, sampai saat ini. Bahkan kalau sekarang kita baca terjemahan Tintin di bawah Indira, terasa ada yang kurang.

Suasana webinar bersama Komunitas Tintin Indonesia

Selain itu mungkin juga pembaca saat ini sudah beda jaman. Kaum milenial tidak akrab dengan penyakit “panu”, “kudis”, “kutu busuk” yang sering menjadi makian Kapten Haddock. Karena tidak pernah mengalami. Di tahun 70-80an hal itu masih akrab di Indonesia.

Begitulah, yang jelas hasil karya Ibu Melani dan Marilon betul-betul tertancap di memori pembaca. Sampai saat ini. Ironisnya, mereka tidak mendapat royalti. Bu Melani ‘hanya’ dibayar Rp 40.000. Tapi itu bisa membantu biaya pernikahannya di tahun 1977.

Untuk itulah, sebagai apresiasi kepada Bu Melani dan Marilon, saya tulis thread/blog post ini. Plus saya tambahkan beberapa adegan #TintinIndira yang memorable, karena menurut saya diterjemahkan dengan brilyan. Monggo yang mau kontribusi menambahkan ☺️

Negeri Emas Hitam

Haddock: “Siapa namamu?”

Skut: “Skut”

Haddock: “Kenapa sikut sikut?”

Penjelajahan di Bulan:

Haddock: “Ya mereka membutuhkan dua orang dogol penjaga pantai!”

Thomson: “Kami tidak terima! Anda telat menghina dan kami menuntut permintaan maaf!”

Thompson: “Tepatnya: Anda telah dihina dan kami akan meminta maaf!”

Thomson: “Salah! Tolol! Kebalik!”

Thompson: “Maksudnya dia telah meminta maaf, dan kita menuntut penghinaan?”

(saat mendekati orbit Bulan, melihat asteroid)

Ekspedisi ke Bulan:

Calculus: “Oh itu Adonis!”

Thomson: “Siapa itu? Teman Anda yang tinggal di dekat-dekat sini?”

Tintin dan Picaros:

(Tentara Picaros mendobrak pintu)

Tentara: “Que Pasa?!”

Haddock: “Que Pasa matamu!”

Tintin dan Picaros:

(Haddock baru saja tersengat belut listrik)

Calculus: “Anda beruntung Kapten, ini belut kecil. Kalau dewasa, dia akan dapat melumpuhkan seekor kuda”

Haddock: “Untung saya bukan kuda”

Penerbangan 714:

(Allan melihat monyet Bekantan lari di depan dia dan Rastapopoulos)

Allan: “Moncongnya! Moncongnya! Mengingatkanku pada seseorang.. siapa ya?”

(Di belakang Rastapopoulos terlihat geram, karena hidungnya memang mirip monyet itu) 🤣

Penculikan Calculus:

(Saat helikopter Haddock dikejar, entah kenapa radio tersambung ke Jolyon Wagg)

Jolyon: “Hallo ini Jolyon Wagg, dari Asuransi Kerikil Putera. Ada yang bisa saya bantu?”

Nama perusahaan asuransi ini pun diterjemahkan dengan brilyan menurut saya!

Hiu-Hiu Laut Merah:

(Haddock menemui rombongan haji dari Afrika yang ditipu dan dijadikan budak di kapal)

Haddock: “Kalian tidak bisa ke Arab. Kalau kalian kesana kalian akan dijadikan budak, mengerti?”

Orang Afrika: “Kami bukan budak Effendi. Kami ingin naik haji”

Haddock: “Ok Ok pergilah ke Mekah! Tapi tanggung sendiri akibatnya! Kalian akan jadi budak! Jadi budak! Kampret! Mengerti?”

Orang Afrika: “Kami bukan kampret, Effendi. Kami orang Afrika ingin naik haji” 😅😅

Zamrud Castafiore:

Bianca Castafiore selalu punya masalah mengingat nama Kapten Haddock dengan benar:

Bianca: “Halo Harokok Kretek”

Bianca: “Apa kabar Kapten Kapstok”

Bianca: “Wah Kapten Bangkong! Senang ketemu lagi”

Bianca: “Irma, mana hadiah untuk Kapten Kapok?”

Ekspedisi ke Bulan:

Haddock: “Saya sudah muak mengerti! Saya mau pulang ke Marlinspike! Silahkan kamu boleh di sini jadi kambing tua sampai keriput!”

(Calculus is triggered)

Calculus: “Apa? Kambing tua? Kambing tua katamu? Ini keterlaluan! Saya kambing tua katanya!”

Negeri Emas Hitam:

Tintin: “Anda punya potret Abdullah?

(Emir menunjukkan lukisan Abdullah)

Emir: “Itu potret dirinya yang terakhir. Kasihan ia sangat tersiksa, harus berpose”

Masih banyak lagi pasti yang menyantol. Tapi kalau mau bernostalgia, ini ada link untuk download komik #TintinIndira yang saya bahas. Thank me later ☺️

Silahkan kalau ada yang mau menambahkan ☺️🙏

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s