Vaksinasi Mandiri Adalah Solusi

Suasana Webinar Vaksinasi Mandiri bersama Siloam Hospitals

Sore ini saya mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh Siloam Hospitals Group. Karena perusahaan saya sebelumnya menggunakan jasa Siloam dalam melakukan tes COVID19 di lingkungan perusahaan, maka saya dan tim termasuk yang diundang di dalam webinar ini.

Ternyata webinar kali ini sangat bermanfaat. Paling tidak buat saya dalam memahami rencana vaksinasi dari pemerintah. Baik yang publik ataupuan mandiri.

Berikut saya akan share beberapa materi presentasi yang saya sempat screen capture, dan informasi yang bermanfaat dalam webinar tersebut.

1. Rencana Vaksinasi Pemerintah

Tahapan Rencana Vaksinasi dari Pemerintah Indonesia (Sumber: Materi Webinar Siloam Hospitals, 26 Februari 2021)

Slide ini menggambarkan rencana pemerintah dalam melakukan vaksinasi di Indonesia. Tahap pertama sudah dimulai dan hampir selesai, yakni vaksinasi untuk Tenaga Kesehatan (Nakes). 1.3 juta Nakes ditargetkan mengikuti vaksinasi tahap pertama ini.

Vaksinasi tahap kedua akan dijalankan untuk Public Officer, atau petugas pelayanan publik. Yang masuk dalam kategori ini adalah Tentara, Polisi, aparat hukum dan petugas pelayanan publik lainnya di sektor vital seperti bandara, pelabuhan, perbankan, perusahaan utilitas, dan petugas yang aktif memberikan pelayanan pada masyarakat.

Masuk dalam Tahap 2 ini juga adalah golongan manula (manusia lanjut usia). Yakni masyarakat dengan usia di atas 60 tahun. Targetnya ada 21.5 juta manula di tahap ini. Saya sudah sering melihat kabar dari teman-teman dekat yang membawa ibunya, atau saudaranya mendaftar untuk kategori ini. Jadi memang sudah dimulai.

Baru kemudian Tahap 3 dilanjutkan untuk masyarakat yang rentan dari aspek geospasial, sosial dan ekonomi. Oleh karenanya mungkin Anda baca di berita kalau beberapa pedagang di pasar-pasar sudah mulai divaksin. Karena sifat lingkungan pekerjaannya yang memang berisiko.

Baru kemudian “rest of population“, atau masyarakat lain di Tahap 4.

Yang paling banyak justru di sini. 77 juta orang! Dari slide Kemenkes di atas, tertulis kalau target penyelesaian di bulan Maret 2022. Tapi masih ada embel-embel di slides “tergantung dari ketersediaan vaksin”. Hehehe.

Polemik Vaksinasi Mandiri

Sejatinya, banyak yang meragukan Indonesia bisa menyelesaikan program vaksinasi pemerintah ini di bulan Maret 2022. Bahkan saya pernah baca di salah satu artikel majalah Economist, kalau diprediksi Indonesia baru bisa menyelesaikan rencana vaksinasi pemerintah 7 tahun lagi. Alamak!

Oleh karenanya, vaksinasi mandiri ini jadi relevan. Menggantungkan pada rencana pemerintah untuk melakukan keseluruhan program vaksinasi akan sangat sulit. Dan lama. Keterlibatan pihak swasta menurut saya sangat dibutuhkan.

Ya memang saat rencana vaksinasi mandiri ini didengungkan, banyak pro dan kontra. Dipolitisasi segala. Disiram air para buzzer badut politik. Memaksa Jokowi untuk men-declare bahwa vaksinasi gratis untuk seluruh rakyat. Membuat program vaksinasi mandiri sempat “ditinggalkan” dari wacana. Syukurlah dengan dimulainya program vaksinasi publik, pemerintah kembali menggelundungkan rencana vaksinasi mandiri alias “Vaksin Gotong Royong” ini.

Kok disuruh bayar bersyukur?

Kalau menurut saya sih, vaksinasi mandiri ini untuk negara yang luar biasa besar dan kompleks di Indonesia merupakan solusi untuk mempercepat pendistribusian vaksin. Keterlibatan pihak swasta adalah jawabannya. Memang banyak yang bilang itu sudah tugas negara untuk membiayai vaksinasi. Dan vaksinasi mandiri akan membebani perusahaan swasta. Yang notabene sudah berat bebannya ditimpa pelemahan ekonomi gara-gara COVID-19. Juga vaksinasi mandiri ini berbau-bau kapitalis. Yang punya sumber dana kuat lebih memiliki akses untuk mendapatkan vaksinasi segera.

Setuju. Itu benar semua.

Tapi apakah kita mau menunggu sampai 7 tahun? Dengan kondisi bisnis yang berat seperti ini?

Saya kira percepatan vaksinasi melalui vaksinasi mandiri akan mempercepat pulihnya ekonomi Indonesia itu sendiri. Hitung-hitung cost and benefit, saya beropini dengan pihak swasta terlibat dalam membantu dan membiayai program ini, mereka akan mendapatkan timbal balik yang positif: yakni membaiknya kinerja bisnis seiring dengan cepat pulihnya ekonomi. Betul?

2. Apa Itu Vaksinasi Mandiri?

Beda Vaksinasi Publik dan Vaksinasi Mandiri (Sumber: Materi Webinar Siloam Hospitals, 26 Februari 2021)

Vaksinasi mandiri adalah program vaksinasi yang dilakukan dan ditanggung biayanya oleh pihak swasta. Biaya yang ditanggung tidak hanya pembelian vaksin, tapi juga biaya pelaksanaan vaksinasi. Yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan swasta. Oleh karenanya saya diundang oleh Siloam Hospitals, karena mereka sebagai RS swasta melihat peluang dalam membantu perusahaan untuk melakukan vaksinasi.

Vaksinasi Mandiri dimulai akhir Maret 2021

Dalam webinar dijelaskan bahwa vaksinasi mandiri ini akan dimulai akhir Maret 2021. Saat ini pemerintah melalui Kadin dan asosiasi industri lainnya sedang mendata perusahaan-perusahaan swasta yang berminat untuk mengikuti vaksinasi mandiri ini. Kabarnya sampai hari ini sudah 6.000 perusahaan yang mendaftar. Perusahaan saya sendiri sudah mengirimkan data karyawan dan keluarganya ke Kadin minggu lalu.

Vaksin hanya bisa dibeli oleh Pemerintah.

Satu hal yang perlu dipahami adalah pembelian vaksin hanya bisa dilakukan oleh pemerintah. It’s B2G (Business to Government) only. Belum bisa B2B. Oleh karenanya pemerintah dari jauh-jauh hari menyampaikan kalau vaksin hanya bisa diimpor oleh Bio Farma. BUMN farmasi pemerintah yang ditunjuk.

Nah nantinya perusahaan yang mendaftar akan mendapatkan vaksin dari Bio Farma ini. Namun untuk pelaksanaannya, perusahaan juga harus melibatkan perusahaan fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit atau Klinik dalam melaksanakan vaksin di perusahaannya (makanya Siloam Hospitals berinisiatif menjemput bola dalam hal ini. Good move)

3. Vaksin Mandiri menggunakan Sinopharm

Perbandingan harga dan tipe vaksin yang kini tersedia (Sumber: Materi Webinar Siloam Hospitals, 26 Februari 2021)

Salah satu prinsip di dalam vaksinasi mandiri adalah vaksin yang digunakan untuk publik dan mandiri harus berbeda. Kalau vaksin publik menggunakan merk Sinovac, untuk mandiri disebutkan di saat webinar menggunakan merk Sinopharm. Keduanya sama-sama dari China.

Dibandingkan dengan vaksin lain, ternyata harga dua vaksin dari China ini termasuk yang paling mahal. Harga per dosisnya USD31 (atau kira-kira 450.000 rupiah). Hanya kalah dari Moderna yang berharga USD37.

Rencana Pembelian Vaksin Pemerintah (Sumber: Materi Webinar Siloam Hospitals, 26 Februari 2021)

Dalam presentasi webinar juga di-share mengenai rencana pembelian vaksin oleh pemerintah. Selain Sinovac, pemerintah juga berencana membeli vaksin dari Novavax, AstraZeneca dan Pfizer.

Lho kok gak ada Sinopharm?

Itu ada di pojok kanan bawah: “Other vaccine candidates: Sinopharm and Moderna“. Hehehe.

4. Vaksinasi Mandiri Juga Dilakukan Negara Lain

Contoh Keterlibatan Swasta dalam Vaksinasi di Negara Lain (Sumber: Materi Webinar Siloam Hospitals, 26 Februari 2021)

Bukan hanya Indonesia yang melakukan Vaksinasi Mandiri. Beberapa negara lain juga melakukan hal yang sama. Contohnya India, Singapura dan Israel.

Di India, program vaksinasi mandiri dilakukan oleh Kementrian Kesehatan India yang melibatkan RS swasta untuk mempercepat progress imunisasi di India.

Di Singapura, perusahaan asuransi swasta membantu pemerintah Singapura dalam memberikan penguatan bagi masyarakat yang divaksin. Mereka memberikan manfaat penjaminan asuransi apabila masyarakat yang divaksinasi mengalami gangguan kesehatan akibat efek samping divaksin. Bedanya memang di Singapura seluruh rakyatnya akan divaksin oleh pemerintah. Iya lah negara kecil begitu. Anak saya yang sedang kuliah di sana pun, mendapatkan informasi akan ikut divaksin beberapa saat lagi.

Terakhir di Israel lebih progresif lagi. Pemerintah mengirimkan tenaga kesehatan untuk melakukan vaksinasi di lokasi kerja perusahaan-perusahaan besar. Bahkan beberapa perusahaan swasta memberikan insentif uang tunai bagi karyawannya untuk divaksin. Mereka pun melarang karyawan yang belum divaksin untuk datang bekerja. Tak heran, Israel menjadi negara yang paling pesat perkembangan vaksinasinya. Dalam waktu 1 bulan saja, sudah 30% dari rakyat Israel yang sudah divaksin. Hebat!

5. Progress Pemberian Vaksin di Dunia

Progress Pemberian Vaksin per 100 orang Populasi di Dunia (Sumber: Our World in Data)

Di atas adalah grafik yang menunjukkan jumlah kumulatif dosis vaksin yang disuntikkan untuk setiap populasi 100 orang. Jadi sudah memperhitungkan populasi suatu negara.

Di tanggal 25 Februari 2021 contohnya, Israel memiliki skor 91.5. Ini berarti untuk setiap 100 warga Israel, sudah 91.5 dosis yang diberikan. Dosis di sini bukan berarti jumlah orang yang divaksinasi. Karena ada vaksinasi yang isinya 2 dosis. Tapi tetap saja, this is an impressive number.

Selain Israel, terlihat Uni Emirat Arab juga progressnya jauh di atas rata-rata dunia. Skornya 59.11. Rata-rata dunia saat ini adalah 2.92. Amerika Serikat juga terlihat bagus progressnya. Skornya 20.63. Negara-negara kecil seperti Qatar dan Singapore juga terlihat di atas rata-rata dunia, walaupun skornya masih sekitar 5-6.

Bagaimana Indonesia? Kita masih sangat jauh tertinggal. Urutan buntut. Skor kita adalah 0.85 per 100 orang penduduk. Belum sampai 1 dosis pun.

Tapi jangan sedih, bagaimanapun kita sudah memulai vaksinasi. Negara tetangga kita seperti Malaysia dan Thailand tidak ditemukan datanya. Karena memang mereka belum memulai vaksinasi. Kabarnya memang negara ini agak terlambat dalam memesan vaksin. Atau memesan pada perusahaan yang vaksinnya belum selesai diujicoba.

Tapi ya juga jangan terlalu senang. Biasanya sih kita disalip di tikungan sebentar lagi 🙂

6. Efek Vaksinasi dalam Menghambat COVID-19

Kalau informasi ini bukan dari webinar yang saya ikuti. Namun menurut saya informasi yang relevan untuk menutup tulisan ini.

Beberapa hari yang lalu saya membaca artikel di Time.com yang menunjukkan bahwa vaksinasi telah menunjukkan hasil yang menggembirakan dalam menghambat laju penularan COVID-19.

Data-data di Amerika Serikat dan Inggris Raya menunjukkan hal itu. Dituliskan di artikel tersebut:

“the vaccine made by Pfizer-BioNTech was highly effective in protecting against infection with the COVID-19 virus, lowering people’s chances of getting sick with the disease—especially severe disease—and dropping COVID-19 hospitalization rates. It’s close to the best possible news.”

Mark Lipsitch, Professor of Epidemiology, Harvard School of Public Health. Excerpt from Time.com – “COVID-19 Vaccines Work. Here’s the Real-World Proof”

Di dalam studi lain yang dipublikasikan di Lancet tanggal 19 Februari 2021, Pejabat Kesehatan di Skotlandia juga menunjukkan efek positif vaksinasi di negara tersebut. Pemberian vaksin dari Pfizer-BioNTech ataupun AstraZeneca membantu menurunkan tingkat pasien rawat inap di RS (hospitalization rate) karena COVID-19. Bahkan yang lebih menggembirakan lagi, walaupun baru diberi 1 dosis (dari yang rencananya 2), kedua vaksin tersebut 85%-94% efektif menurunkan tingkat hospitalization rate hanya dalam waktu satu bulan setelah diberi dosis vaksin yang pertama.

There’s light at the end of the tunnel. Insya Allah kalau begini terus perkembangannya, kita sudah dapat melihat akhir pandemi COVID-19 ini di depan mata.

Oleh karenanya, mari kita sukseskan program vaksinasi. Publik atau mandiri. Gotong royong!

Advertisement

2 Comments Add yours

  1. mysukmana says:

    Kemarin dapat jatah..tapi gak tak ambil
    karena udah pernah kena…
    hehe…baiknya ambil gak ya..

    1. ibenimages says:

      Kalau diperbolehkan lebih baik diambil ya bro.. sepertinya walaupun survivor covid tetap perlu divaksin 🙏

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s