
Alhamdulillah, akhirnya hari ini saya dan istri mendapat kesempatan untuk divaksin. Vaksinnya Astra Zeneca.
Banyak pro kontra mengenai vaksin ini. Beberapa teman pun sepertinya enggan divaksin kalau pakai Astra Zeneca. Katanya efek sampingnya lebih “berbahaya” daripada vaksin Sinovac yang selama ini dipakai di Indonesia.
Tapi walau demikian, tingkat penerimaan vaksin ini lebih tinggi di negara-negara barat seperti Amerika atau Eropa. Bahkan Arab Saudi pun untuk ijin berhaji pun memasukkan Astra Zeneca sebagai salah satu vaksinasi yang bisa diterima. Sinovac justru belum.
Oleh karenanya saya sih senang-senang saja untuk divaksin Astra Zeneca. Insya Allah bisa membantu saya kalau saya nanti naik haji, atau untuk mengurus visa mengunjungi anak saya yang kuliah di Belanda.
Jadilah kemudian saya dan istri hari ini menuju Istora GBK. Mengikuti program vaksin dari salah satu perusahaan BUMN. Ini berkat referensi dari teman baik saya. Yang jelas sudah dipastikan, saya tidak mengambil jatah orang. Tapi ini ada jatah yang tidak terpakai, jadi akan mubazir kalau tidak digunakan.
Kami datang sekitar jam 11 siang. Di sana, kami diantar oleh pemandu dari perusahaan. Pertama-tama kita harus memastikan data NIK (Nomor Induk Kependudukan) kita tercatat dengan benar di form yang sudah disiapkan. Karena NIK ini merupakan ID pembeda yang dipakai untuk segala urusan kenegaraan kita. ID vaksin kita pun akan dikaitkan dengan NIK ini.
Setelah administrasi formulir sudah benar tercatat, hanya menunggu sebentar, kita sudah dibawa masuk ke aula besar di mana ratusan orang yang akan divaksin sudah mengantri. Tapi karena proses vaksinasi BUMN ini sudah berlangsung beberapa bulan, prosesnya efisien sekali. Kami tidak harus menunggu lama. Petugas sudah mengarahkan untuk menuju bilik-bilik yang kosong.

Bilik pertama adalah saat petugas memverifikasi kondisi kesehatan kita. Juga dengan melakukan tensi. Saya dengar cukup banyak juga yang tidak lolos dari tahapan ini, karena saat mau divaksin tensi darahnya meninggi. Mungkin stress lihat jarum suntik. Hehehe.
Alhamdulillah tensi saya baik. Dan saya pun secara kondisi kesehatan tidak demam dan tidak sedang alergi obat. Jadi saya lolos tahapan ini. Saya pun kemudian diarahkan ke bilik kedua.
Bilik kedua ini adalah bilik vaksinasi. Beberapa kursi diletakkan untuk peserta vaksinasi menunggu giliran. Di depan bilik dituliskan bahwa peserta harus menyiapkan lengan kirinya untuk divaksin. Dan juga ada beberapa informasi mengenai efek samping vaksinasi yang mungkin terjadi.
Tak sampai 5 menit, saya sudah dapat giliran divaksin. Vaksinasinya sendiri juga saya tidak terlalu merasakan sakit. Oleh penyuntik, saya diberikan dua tablet parasetamol untuk saya minum segera dan 5 jam kemudian.
Setelah itu kita diminta untuk menuju ruang Observasi. Di ruangan ini kita diminta menunggu 15 menit. Apabila tidak ada gejala yang parah, kami diperbolehkan pulang.
Alhamdulillah, saya dan istri baik-baik saja. Jadilah kami bergegas pulang. Dan tidak lupa, untuk foto dulu di backdrop yang disediakan. Alhamdulillah, kami sudah divaksin!

Saya sudah divaksin Sinovac. Banyak orang mengatakan bahwa vaksin Astra Zeneca lebih keras efek sampingnya daripada Sinovac.
Ya betul.. tapi tergantung orangnya juga. Saya demam 1 hari, sementara Istri sama sekali tidak ada efek samping. Insya Allah hanya sebagian kecil yang efeknya serius.
Ya benar hanya sebagian kecil.
Saya mengalami sedikit rasa ngilu selama sehari di bagian lengan yang disuntik. Setelah itu baik-baik saja.
Bagaimana jika efektifitas vaksin mulai berkurang tapi wabah tidak berkurang. Apalagi belum ada studi ilmiah yang bisa menjawab masa efetif vaksin.