Ikut Cycling Tour Menanjak ke Kintamani

Satisfying Torture Fest to Kintamani

Saat berencana untuk liburan ke Bali di akhir bulan Desember ini, saya sempat dilema. Bawa sepeda apa enggak. Secara melihat pengalaman dan foto-foto dari teman yang pergi ke Bali akhir-akhir ini kok asyik sekali. Dari mulai Melasti, Jatiluwih sampai Kintamani. Rasanya kalau bawa road bike pasti sedep.

Hanya saja, karena liburan keluarga, tentunya waktu harus dikompromikan. Dengan hanya berlibur 4 hari 3 malam, secara realistis waktu yang bisa dialokasikan untuk bersepeda paling hanya 1/2 – 1 hari. Oleh karenanya, pilihan untuk membawa sepeda kok sepertinya terlalu merepotkan. Memikirkan harus sewa koper dan membawa bagasi yang besar. Maklum, yang saya mau bawa adalah road bike, bukan seli Brompton saya.

Akhirnya setelah browsing sana sini, saya menghubungi Bali Cycling Operator. Salah satu cycling tour operator di Bali. Menariknya dari tour ini mereka bisa minimum 1 orang peserta. Biayanya Rp 1.5 juta per orang. Sudah termasuk sewa sepeda, cycling guide/coach, snack and refreshment, dan support car. Kebetulan saat saya kontak, sepeda size saya dan waktu yang saya jadwalkan cocok untuk ketersediaannya. Sip!

Support car Bali Cycling Operator yang selalu stand by untuk support bahkan evac

Tapi ternyata hari yang saya pilih tidak cocok dari segi cuaca. Dari dini hari Bali hujan. Deras lagi. Usai sholat shubuh, saya kaget melihat ke luar jendela hotel. Wah bisa batal ini, pikir saya.

Tapi saya dapat pesan Bali Cycling sudah sampai di lobby hotel sebel jam 6 pagi sesuai perjanjian. Sambil berharap hujan akan mereda, saya ke lobby hotel di mana Bli Kadek dari Bali Cycling sudah menunggu.

Dari Bali Cycling ada dua orang yang bertugas untuk menemani saya. Bli Kadek yang juga merupakan goweser tangguh, dan Bli Wayan, yang mengendarai support car dan mengawal kita sepanjang perjalanan.

Setelah mencoba dua sepeda road bike yang dibawa, akhirnya saya memilih menggunakan sepeda Specialized Allez dibandingkan dengan Polygon Stratos. Karena size-nya saya lebih pas untuk saya. Yah walaupun sepeda secara spesifikasi tentunya masih di bawah sepeda yang saya miliki di rumah, tapi sepertinya cukup oke untuk dinaiki hari ini. Daripada berat dan repot bawa sepeda dari rumah hanya untuk satu kali gowes.

Sepeda Specialized Allez yang saya pakai

Jam 06.30 hujan sudah mulai mereda. Walaupun masih rintik gerimis, kita memutuskan untuk jalan. Yah gimana lagi, show must go on.

Dan ternyata keputusan kita tepat. hujan beringsut berhenti saat kita bersepeda menjauhi Nusa Dua, kawasan tempat saya menginap. Walaupun sempat deras lagi, namun tidak terlalu menghambat perjalanan kita.

Jarak 47 km dari Nusa Dua cenderung flat. Rute melalui Sanur dan Jalan Bypass menuju Bali Timur. Baru setelah sampai di desa Negari, the real climb begins.

Real climb begins here

Dari awal Bli Kadek sudah mengingatkan kalau setelah ini 40 km akan nanjak terus.

Dan begitulah adanya. Ada sekitar 13 rute untuk menuju ke Kintamani. Rute yang kita pilih adalah rute melalui desa Landih. Rute yang kalau saya nonton di YouTube memang yang paling berat. Terutama di 10 km akhir. Di mana Category 2-4 climb tersedia untuk ditaklukkan.

Di 30 km awal sih memang menanjak, tapi masih cukup oke lah untuk dilalui. Sekali-kali saja saya perlu untuk berhenti. Bukan hanya untuk ambil foto dari suasana desa khas Bali, tapi juga untuk ambil nafas.

Foto stop di salah satu desa

Di 10 km memang puncak perjuangan. Walaupun suasana hutan pinus membuat gowes semakin syahdu, tapi tanjakannya bukan kaleng kaleng. Kalau tidak ditolong Bli Kadek dengan mendorong punggung saya di belakang saat tanjakan semakin berat, pasti saya sudah menuntun.

Akhirnya setelah hampir 5 jam perjalanan, kami sampai di puncak. Diakhiri dengan Category 3 climb di Desa Landih, berujung ke jalan raya Kintamani. Dari situ sekitar 5 km saya gowes ke Kafe Ritatkala, di mana Elok dan Rafif, anak saya sabar menunggu. Satu jam lebih telat dari perkiraan, karena memang rutenya lebih berat dari yang saya bayangkan.

Melewati salah satu gerbang desa
Menanjak di hutan pinus Landih
Sampai di puncak Landih after tough Cat 3 climb

Tapi merupakan suatu pengalaman yang mengasyikkan. Tanpa perlu repot bawa sepeda, saya didampingi oleh Bali Cyling Operator yang mumpuni. Pengetahuan atas jalur, teknik bersepeda dan mengerti soal kemampuan peserta yang dibawanya terasa sangat membantu.

Bukan hanya itu saja. Bli Kadek dan Bli Wayan juga selalu mendokumentasikan perjalanan ini melalui rekaman foto dan video. Sangat penting bagi goweser yang suka untuk share experience di sosial media (baca: demi konten) seperti saya.

Matur suksma Bli.. Insya Allah kita berjumpa lagi.

The view from Ritatkala cafe. Beautiful from the top
Advertisement

3 Comments Add yours

  1. amey says:

    Keren pak rute gowes-nya. Tim mager seperti saya nggak akan kuat 😅

    1. ibenimages says:

      Hahaha ketolong pemandangan yang asyik.. jadi kuat ☺️

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s