
Mumpung Rafif masih di Jakarta, kita napak tilas bersepeda berdua ke Jakarta Utara.
Sebelum Rafif kuliah ke Singapura, bersepeda berdua sambil foto-foto sering jadi pengisi aktifitas kita di akhir pekan.
Nah kali ini Rafif ingin untuk mengunjungi PIK. Awalnya mau untuk loading dan langsung sepedaan di PIK. Tapi akhirnya kita memutuskan untuk gowes dari rumah. Karena Rafif juga ingin napak tilas melihat suasana kota Jakarta. Baiklah, kita mainkan.
Berangkat jam 05.30 dari rumah, kita bertemu dengan teman saya, Andreas di dekat Monas untuk bersama-sama gowes ke PIK. Jalur yang dipilih adalah Kota Tua-Pluit-PIK.
Sampai di Kota Tua, kita memutuskan untuk berfoto sejenak di Toko Merah dan Jembatan Kota Intan .


Jembatan Kota Intan ini salah satu situs budaya peninggalan Belanda di Kota Tua. Baru kali ini saya kunjungi. Berkat rekomendasi Andre. Lokasi cukup unik dan bagus untuk jadi obyek foto drone bersama.
Setelah itu kita jalan lagi menuju PIK. Saya usulkan mampir di Pelabuhan Sunda Kelapa, karena Rafif belum pernah ke sana.
Sampai di Sunda Kelapa, kita cukup dikagetkan dengan dinding pembatas pelabuhan yang kini ditinggikan. Tampaknya kenaikan air laut akhir-akhir ini plus musim penghujan membuat air laut sering menggenangi pelabuhan. Memang masih berbentuk sementara, tapi cukup mengganggu faktor estetik Pelabuhan Sunda Kelapa yang cukup ikonik.

Dan ternyata naiknya permukaan air laut (atau menurunnya daratan Jakarta?) teramati juga di Pantai Mutiara.
Bersepeda untuk pertama kali ke daerah ini, saya dan Rafif terkejut melihat serpihan ombak terlihat dibalik tembok pembatas kawasan perumahan dengan laut.
Kompleks ini memang berada di tepi pantai utara Jakarta. Perumahan yang ada di sini memiliki akses langsung ke laut. Terlihat banyak kapal pribadi bersandar di belakang rumah.



Hanya saja kalau saya jadi pemilik rumah di daerah sini kayaknya nggak bakal tenang. Karena air laut sudah berada pada posisi yang cukup mengkhawatirkan. Tembok pembatas sudah ditinggikan mungkin 2x dari sebelumnya. Tapi tetap saja serpihan ombak masih kadang terlihat. Bisa jadi semakin hari, tinggi air akan semakin naik. Atau bisa juga permukaan tanah yang turun? Makanya Jakarta sempat dilaporkan sebagai “sinking city” kan?
Anyway, kunjungan yang cukup membuka mata kita pada kondisi Jakarta Utara.
Setelah puas berfoto di daerah Pantai Mutiara, kita lanjut gowes ke Pantai Indah Kapuk.
Ternyata bersepeda lebih dari 35 km cukup berat untuk Rafif. Khususnya saat naik ke jembatan PIK yang cukup menanjak. Alhasil, dia harus menuntun sepedanya untuk sampai puncak jembatan. Hehe, mungkin ini juga salah saya mengajak gowes langsung dari rumah. Kalau buat saya yang sering latihan bersepeda secara intens mah, gowes santai seperti ini kurang nendang. Tapi mungkin beda buat Rafif.


Jadilah kita membatalkan rencana kita untuk berkeliling ke Pulau PIK 2. Gowes kita sudahi di kawasan PIK 1. Toh mobil jemputan dari rumah sudah datang dan menanti. Kalau masih ada waktu nanti kita coba berkunjung lagi ke PIK 2. Insya Allah.
