Selamat Jalan Mas Oyi, Abangku Sayang

Rest in Love – Shoyi Eko Kresnamurti (1971-2022)

Mas, aku nggak bisa tidur. Walau sebetulnya badan ini capek. Hati ini sesak. Seharian ini begitu panjang. Begitu berat. Dari pagi saat menerima berita mengagetkan. Mendampingi di saat-saat terakhirmu. Mengikhlaskanmu pergi. Mengantarkanmu ke peristirahatan terakhir. Tepat tengah malam di Purwokerto.

Aku sudah ikhlas Mas. Aku tahu ini yang terbaik buat Mas Oyi. Tapi aku boleh ya sedih sebentar?

Aku menyesal kita gak terlalu sering gowes bareng. Padahal hobi kita sama. Kok ya olahraga ini yang bikin kamu pergi Mas. Nyesek. Getun aku Mas. Tapi ya gimana lagi. Kadarullah, Allah mengajakmu kembali dengan cara itu.

Di hari Jumat. Hari yang baik.

Kamu sudah gak sakit lagi kan Mas? Wajahmu tadi pas kumandikan bersih dan tenang sekali. Saat kita menutup mulutmu yang sedikit ternganga, kok Mas Oyi seperti tersenyum. Insya Allah husnul khotimah ya Mas?

Mas Oyi, Papa dan Aku di Ciloto, 1990

Mas Oyi, kamu itu panutanku Mas. Sebagai adik laki-laki aku itu selalu mengidolakanmu. “Urut kacang” kata Papa, mengingat apa yang kupilih saat tedak siten. Demen musik rock sejak dulu karena koleksi lagu Van Halen, Motley Crue-mu. Ikut-ikutan latihan Judo, padahal aku gak seberbakat Mas Oyi. Suka sepakbola juga gara-gara kamu. Walaupun tim kita selalu berseberangan.

Dan Masya Allah, panutanmu gak cuman itu Mas. Kamu nggak pernah lelah mengingatkanku untuk menjadi muslim lebih baik.

Saat aku belum pernah melihat Kabah, Mas Oyi selalu mengingatkanku, “mbok ke Mekah sana”, saat aku kembali dari liburan ke luar negeri.

Jujur waktu itu sempet sebel disindir terus. Tapi Mas Oyi sebagai kakak yang baik gak pernah capek ngingetin. Dan Alhamdulillah saat aku menunaikan umroh pertama kali, aku sadar pesan Mas Oyi yang ikut mendorongku merasakan keajaiban pesona Baitullah.

Terima kasih ya Mas. Selalu ngingetin aku untuk baca Quran. Alhamdulillah aku sekarang sudah lumayan lancar, walaupun gak sefasih Mas Oyi. Makasih selalu nyontohin aku untuk shalat di Masjid. Walaupun akhir-akhir ini aku suka lalai Mas. Karena covid. Alesan ya Mas? Tapi Insya Allah aku mau rajin lagi ya Mas. Biar kamu bangga sama aku.

Oh ya Mas, aku tadi imamin kamu shalat jenazah ya di masjid kebanggaanmu di kompleks. Masjid yang kamu pimpin dan bangun. Aku memberanikan diri tadi jadi Imam, walaupun aku belum pernah sebelumnya. Wong pas jalan dari RS ke Jatibening aku baru googling untuk mengingat kembali hafalan dan tata cara. Tapi Alhamdulillah aku bisa Mas. Walau pasti gak sempurna. Karena aku tau Mas Oyi akan kecewa, kalau aku, adik laki-laki satu-satunya tidak jadi Imam shalat jenazahnya.

Adik laki-lakimu ini Insya Allah akan melanjutkan amanahmu Mas. Dulu waktu Ingga masih bayi, aku tengok di Purwokerto. Waktu itu aku bisik ke Ingga bayi, “Oom Nunu pasti ngurusin kamu”. Kok ya ndilalah dengan berpulangnya kamu tadi pagi, aku bisa jadi menggantikanmu sebagai wali buat Ingga, Najah dan Maryam saat mereka nikah kelak. Semoga Allah mengijinkan ya Mas?

Sudah ya Mas. Aku kok ngajak yang lain terharu dan sedih. Aku harus ikut tabah dan kuat seperti Mbak Ut. Janji deh, besok-besok aku mau cerita soal kamu yang lucu-lucu. Istirahat yang tenang. Tidur yang panjang. Nanti kita gowes bareng di sana. Salam buat Papa, Mama ya. Mas Oyi pasti membawa semakin terang kubur mereka.

I love you so much. I will always miss you. Thank you for everything.

Di pemakaman bersama Mbak Ut, Ingga, Najah dan Maryam
Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s