
Idul Fitri tahun ini terasa lebih istimewa. Karena baru tahun ini Idul Fitri kembali semarak. Lepas dari kungkungan pandemi, masyarakat Indonesia kembali ke kebiasaan lama pada hari Idul Fitri.
Shalat Ied kembali digelar tanpa jarak. Silaturahmi dengan tetangga tidak lagi secara virtual. Pertemuan keluarga balik dalam suasana open house.
Pagi ini kami sekeluarga memulai Idul Fitri dengan shalat di Masjid Baitussalam. Masjid kompleks kami di seberang jalan.
Karena jamaah membludak, bagi jamaah pria shof disediakan di jalan dan depan kompleks.

Walaupun ini bukan pertama kali kami sholat Ied di kompleks, namun sebelumnya tidak pernah seramai ini. Ya karena sebelumnya juga di masa pandemi.
Usai shalat Ied, secara tradisi keluarga di kompleks Alea, kami bertemu sapa sejenak. Bersalam-salaman dan mengucapkan maaf. Dan tentu tidak lupa foto bersama. Sepertinya ini peserta terbanyak Alea foto bersama usai shalat Ied. Alhamdulillah.

Tradisi Idul Fitri kembali kami lanjutkan. Kali ini tentu ke rumah orang tua istri saya di Bambu Apus. Bertemu dengan keluarga besar. Yang Alhamdulillah-nya kali ini tidak ada yang absen. Kalau tahun lalu Rafif tidak bisa pulang karena aktifitas kuliahnya di Singapura, kali ini anak cucu H. Solichin hadir lengkap.

Suasana semakin meriah dengan hadirnya beberapa saudara. Dari kakak saya, Mbak Wiwik dan Mas Barry, sampai dengan sepupu Elok dari keluarga Mama, Mbak Novi dan Mbak Wil.

Lepas makan siang, kita beranjak menuju Cimanggis. Rumah Tante saya, atau akrab kita panggil ‘Lik An’. Rumah Lik An ini cukup berkesan untuk saya, karena saat saya mengawali karir dan hidup di Jakarta 25 tahun silam, rumah ini lah yang sering saya kunjungi untuk menginap di akhir pekan. Sambil cari mesin cuci untuk mencuci pakaian hehehe.
Cukup lama kami bercengkerama di sana. Maklum sudah lama sekali rasanya tidak bertamu ke sini. Apalagi Lik Ani dan Oom Joko lagi punya “mainan” baru. Hadirnya Terra, cucu pertama Lik Ani, anak dari adik sepupu saya, Kinan.
How time flies. Melihat Kinan menggendong Terra, ingatan melayang di tahun 1995. Di mana saya sedang menginap di rumah Lik Ani untuk sebuah keperluan organisasi mahasiswa di Jakarta. Menjelang subuh dibangunkan oleh Oom Joko, diminta mengantarkan Lik Ani ke RS karena mau melahirkan. Ya, melahirkan Kinan, yang kini di depan saya sudah menjadi seorang Bapak. Sudah tua juga ya saya. Hahaha.

Akhirnya silaturahmi yang terakhir di hari pertama Idul Fitri ini kita lakukan di rumah Tante saya satu lagi: Lik Tie. Adik bungsu dari Almarhum Mama.
Lik Tie dan Oom Fari, suaminya, merupakan pensiunan dari Telkom. Namun walaupun keduanya bergelar Sarjana Teknik Elektro, passion mereka sebetulnya adalah di pertanian dan perkebunan.

Jadi jangan heran kalau rumahnya memiliki halaman belakang yang luas. Yang penuh dengan pohon dan tanaman beraneka ragam. Hebatnya, Oom Fari dan Lik Tie ini rajin berinovasi. Kita disuguhi tiga buah ‘produk’ dari “Fari Farm”: Crispy Sukun, Teh dari daun Gaharu, dan kripik daun Sancha Ichi yang penuh dengan Omega 3, 6 dan 9. Ketiganya enak dan berkhasiat. Luar biasa. Senang rasanya ngeriung di meja makan menikmati masakan Lik Tie dan produk-produk FariFarm dalam gelak tawa yang tak habis-habisnya.
Alhamdulillah, Idul Fitri telah kembali. Back to the way we used to love before pandemic.
