
Kalau dihitung-hitung, ini kali ketiga saya menyaksikan konser Dream Theater.
Yang pertama di tahun 2012. Tempatnya sama juga di Ancol. Saat itu Dream Theater baru saja merilis album. Dan Mike Mangini masih jadi personil baru di grup progressive metal terkenal ini.
Yang kedua di tahun 2017. Di event Jogjarockarta, dimana Dream Theater melakukan konser perayaan 25 tahun album mereka yang monumental, Images & Words. Memainkan keseluruhan lagu di album ini dalam satu konser. Persis seperti di kaset.
Nah, yang ketiga ini merupakan rangkaian dari Top of the World World Tour. Konser promosi setelah mereka merilis album “Top of the World” di tahun lalu. Album yang secara musikalitas diapresiasi tinggi. Dengan terpilihnya lagu pembuka album ini “Alien” sebagai pemenang Grammy 2022 untuk “Best Metal Performance”.

Sepanjang sejarah mereka berkarir baru kali kemarin Dream Theater diganjar Grammy. Padahal di kancah musik rock atau metal, nama Dream Theater sudah lama dinobatkan sebagai salah satu “dewa musik metal”. Khususnya progressive metal.
Kiprah musisi dari New York yang sebagian besar lulusan Berklee College of Music ini memang sudah melegenda. Secara konsisten mereka bermusik di jalur prog-rock. Melahirkan album demi album yang baik secara komersial ataupun musikalitas cukup berhasil.

Katalog lagu mereka kaya. Mulai dari yang populer seperti “Spirit Carries On”, sampai instrumental cadas “Train of Thoughts”. Atau yang epic, dengan panjang lebih dari 10 menit seperti “Change of Seasons”. Jadi dalam setiap konsernya, fans Dream Theater selalu menduga-duga lagu apa yang akan muncul dalam set list mereka.
Begitu juga dalam konser semalam di Ecopark Ancol. Tampaknya Dream Theater lebih memilih lagu-lagu dengan repertoir musikalitas ketimbang popularitas. Beberapa fans yang mungkin belum sempat mengintip set list dari konser mereka sebelumnya di Bangkok atau Kuala Lumpur mungkin kaget, bahkan sedikit kecewa, karena lagu-lagu yang populer tidak banyak dimainkan.

Mungkin hanya “Pull Me Under” lagu yang notabene paling dikenal oleh fans mainstream. Tidak ada “Metropolis”, apalagi “Spirit Carries On”.
Gantinya adalah lagu-lagu yang secara komposisi kompleks dan teknis musikalitas tinggi.
Dream Theater mengawali konser dengan “Alien”, si lagu pemenang Grammy. Selain lagu ini, mereka membawakan 3 lagu baru lainnya dari album “Top of the World”. Sah-sah saja namanya juga tur promo album terbaru.
Tapi di luar lagu dari album tersebut, Dream Theater juga memilih katalog lagu yang istilahnya “deep cuts”. Lagu-lagu yang mungkin hanya fans berat Dream Theater yang tahu. Lagu seperti “About to Crash” dari album “Six Degrees of Inner Turbulence”. Atau lagu epic 17 menit “Count of Tuscany” yang dipakai sebagai lagu pamungkas. Bahkan untuk lagu yang cenderung “easy listening” pun mereka lebih memilih “Solitary Shell” daripada “Hollow Years”. Yang hitungannya relatif lebih kompleks dan njelimet.
Tapi mungkin ini disengaja. Karena dengan repertoir seperti itu, kami jadi lebih dapat menyaksikan keterampilan mereka dalam bermusik. Selama dua jam kami dimanjakan dengan penampilan keempat musisi yang luar biasa. John Petrucci (gitar), John Myung (bass), Jordan Rudess (keyboard) dan Mike Mangini (drums) bermain tanpa cela. Note demi note, perubahan tempo, peralihan dinamika nada terdengar begitu indah dari instrumen mereka. Beberapa bagian lagu mungkin tidak akrab di telinga, tapi kita tetap terhibur. Karena ini seperti melihat Dewa-dewa (musik) turun ke bumi.

Kalau pun ada sisi minus dari penampilan Dream Theater malam ini, mungkin ada di James La Brie. Seperti banyak terjadi di vokalis band gaek, usia tidak bisa berbohong. James kadang terlihat kesulitan menjangkau nada tinggi. Terutama di awal-awal konser. Semakin ke belakang sih, James sudah semakin bisa mendapatkan power-nya lagi. Ya maklum, selain masalah usia, dia kan harus manggung dari hari ke hari. Masih dapat diterima. Tidak mengurangi kekaguman terhadap penampilan Dream Theater secara keseluruhan.
Grup ini mungkin sudah berada di tingkatan teratas karir mereka dalam bermusik. Sudah berpuluh tahun mungkin. Tapi mereka tetap konsisten dalam menghasilkan musik-musik baru di jalurnya. Tetap semangat menyapa fansnya di berbagai penjuru dunia. Diganjar Grammy atau tidak, mereka sudah berada di puncak dunia musik. Semoga tetap berada di sana dalam waktu yang masih lama.
Long live Dream Theater!
