Saat saya bersiap untuk berdiri di shaf paling depan jamaah shalat maghrib Al-Falah, tetiba berdiri di samping saya sosok yang begitu akrab, karena postur, wajah dan (maaf) mata kirinya yang cacat akhir-akhir ini menghiasi media massa tanah air. Agak sedikit kurang khusyuk jadinya awal sholatku, karena aku langsung berniat, “habis sholat ini harus ketemu Bang Novel”
Dan sesaat setelah bersama-sama menunaikan ibadah shalat maghrib dan sunnah ba’diyah, saya menghampiri Bang Novel yang masih duduk di masjid bersama seorang saudaranya.
Saya sapa sambil mengulurkan jabat tangan, “Bang Novel, Assalamu’alaikum… saya Iben dari Jakarta. Lanjutkan perjuangan Bang! Kita kaum professional nggak akan terima kalau KPK dilemahkan. Kita pasti akan turun ke jalan”
And by saying that, I really, really mean it.
Mungkin Bang Novel bisa melihat kesungguhan dalam kalimat saya tersebut. Beliau pun menyambut hangat jabat tangan saya, tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Sejenak kemudian, diawali dengan pertanyaan saya mengenai kondisi matanya, mulailah Bang Novel bercerita kepada saya dan 2 orang jamaah Indonesia lain yang duduk berkeliling.
Pertama Bang Novel cerita soal matanya. Alhamdulillah, baru sore tadi Bang Novel mendapatkan kabar gembira dari tim dokter di RS Mount Elisabeth, kalau mata kanannya akan dapat pulih sedia kala. Dan beliau juga menceritakan soal proses pencangkokan bagian dari gigi ke mata kirinya (jangan tanya saya gimana), yang nantinya akan membuat mata kirinya “terlihat” lebih normal. Hal ini membutuhkan proses berbulan-bulan, karena harus menunggu hasil operasi pulih, sebelum berlanjut ke tahapan operasi berikutnya. Dan selama ini Bang Novel memang tidak kembali ke tanah air. Beliau bermukim di Singapura (saat ini ditunggui Ibunda beliau) dengan mengontrak apartemen di dekat RS untuk menjalani proses penyembuhan.
Lalu tentu saja saya tanya juga soal kejadian minggu lalu, saat seorang Pimpinan KPK nyelonong menemui Pansus KPK tanpa restu dari Ketua. Ini kejadian luar biasa menurut saya. Dan Bang Novel pun kemudian bercerita soal kondisi terkini KPK. Dari ceritanya, hal ini mengkonfirmasikan dugaan saya dan mungkin kita semua: adanya upaya pelemahan KPK secara masif dan sistematis. Upaya pelemahan yang tidak saja terjadi di luar tubuh KPK, tapi juga terjadi di dalam tubuh KPK sendiri dengan disusupkannya unsur-unsur yang merusak. Upaya yang lebih kasat mata juga banyak. Dugaan pembunuhan saksi kunci dan teror air keras yang menimpa Bang Novel salah satunya. Hal ini diduga karena KPK sedang bekerja keras membongkar kasus-kasus besar di tanah air. Kasus KTP elektronik salah satunya. Dan dari omong-omong tadi, Bang Novel juga sedang dalam persiapan untuk membongkar satu kasus besar lagi. Apakah karena kasus-kasus ini Bang Novel kemudian menjadi korban? Yang jelas, hari ini tepat sudah 5 bulan penyerangan terhadap Bang Novel terjadi, tapi sampai sekarang Polisi belum menentukan satu tersangka pun. Aneh? Pastinya.
Hal ini yang kemudian membuat kita kemudian bertanya-tanya? Siapa sih di belakang ini semua? Dari perbincangan tadi, saya mendapat kesan banyak sekali orang-orang yang berusaha melemahkan KPK. Banyak, banyak sekali. Perannya pun bermacam-macam. Dari eksekutor sampai master strategist. Bukan hanya pejabat kementrian, atau wakil rakyat yang katanya “terhormat”. Tapi juga sampai kalangan Menteri dan top elit politik negeri ini. Persoalannya adalah kelihatan atau tidak. Tertangkap atau belum.
Nah, bagaimana dengan Pak Presiden Jokowi sendiri? Ada tiga kemungkinan: beliau tahu dan membiarkan? Atau beliau tidak tahu dan dimanfaatkan? Atau sebetulnya beliau tahu dan sedang menata langkah yang tepat? Yang jelas, apapun itu, rakyat Indonesia menunggu langkah nyata dari Pak Presiden. Semoga yang terakhir ya Pak, karena sampai saat ini saya masih percaya pada itikad baik Pak Jokowi memerangi korupsi. Tapi sekali lagi, ini adalah politik tingkat tinggi. With so many interests being involved, anything can happen. Wallahualam.
Akhirnya karena sudah ada janji makan malam dengan teman lama, saya terpaksa harus mengakhiri perbincangan dengan Bang Novel. Tapi pembicaran singkat ini betul-betul inspiratif. Inspiratif, karena dibalik tutur katanya yang tenang dan lembut, saya menemukan keteguhan hati Bang Novel dalam menyelamatkan negara ini dari korupsi. Bukan main-main, this man risks his life for the job. How many of us could say the same?
Kalaupun kita tidak memiliki nyali seperti Bang Novel, paling tidak kita harus melakukan sesuatu. Mulailah dari hal kecil yang bisa kita segera lakukan sendiri:
- Mari kita stop korupsi dalam lingkungan diri kita sendiri, baik itu korupsi kecil-kecilan tingkat RW atau korupsi fasilitas kantor!
- Mari kita didik dan tanamkan pemahaman pada anak kita kalau korupsi itu dosa besar dan tindakan sangat tercela!
- Mari kita ramai-ramai tidak memilih anggota dewan brengsek yang mendukung Pansus KPK!
- Mari kita “berunjuk rasa”, menyuarakan ketidaksetujuan kita terhadap upaya pelemahan KPK!
Semoga Allah selalu melindungi dan menguatkan Bang Novel dan keluarganya.
Semoga mata kiri Bang Novel menjadi saksi keberhasilan perjuangan negara ini nanti dalam memerangi korupsi. Aamiin.
Artikel yg inspiratif. Seinspiratif perjuangan novel. Tetap menulis bang iben. Caramu menuangkan fakta spt wartawan senior.
Matur nuwun Mas Koko atas apresiasi dan sdh membaca tulisan saya.. semoga pengorbanan bang novel tidak sia sia