
Saat mendapat undangan dari kantor untuk menghandiri “fun bike” dengan salah satu partner perusahaan saya di Sirkuit Sentul, saya langsung meng-iya-kan.
Beberapa kali saya pernah melihat rekan-rekan penggiat gowes bersepeda di sana. Di saat kontroversi road bikers memakai jalan raya kota sedang mengemuka, membayangkan melahap jalur sirkuit khusus untuk kita pesepeda balap terasa sangat menyenangkan. Sembalap betul!
Jadilah hari Sabtu kemarin, jam 06.00 pagi saya sudah sampai di Sirkuit Sentul .


Ini baru kali pertama saya mengunjungi Sentul. Masuk ke area sirkuit tepatnya. Sirkuit ini terlihat kurang terawat. Terutama bangunannya. Yah mungkin karena pandemi juga. Pastinya jarang event-event olahraga yang berlangsung di sini. Kalau event hobbyist penggiat otomotif sih saya dengar masih sering berlangsung. Tapi tetap saja, pasti kurang pemasukan. Alhasil, dinding bangunan tampak kusam lama tidak di cat. Papan reklame raksasa di sudut sirkuit warnanya memudar. Untung saja kondisi sirkuit masih lumayan terawat. Paling tidak aspalnya tidak ada yang bocel. Curb di sisi lintasan juga masih terlihat batasan yang jelas. Rumput-rumput tidak liar tumbuh di samping sirkuit.

Setelah persiapan acara dan menunggu peserta datang, akhirnya jam 7 kita dilepas ke sirkuit. Dipersilahkan untuk berjalan mengitari sirkuit berbarengan dengan peserta lain. Jadi keinginan saya untuk langsung tancap pedal harus ditahan dulu. Tamu harus menghargai pengundangnya dong. Hehehe.
Sirkuit Sentul panjangnya 3.9 km. Hampir 4 km. Saat mengitari untuk pertama kali, saya baru sadar kalau aspalnya tidak semulus aspal di Jalan protokol Sudirman. Mungkin kalau untuk mobil balap ya sudah kategori mulus. Tapi untuk sepeda balap, ada beberapa section yang menggeronjal.




Tapi tak apa lah. Yang jelas memiliki lintasan yang khusus untuk para pesepeda bener-bener menjadi luxury hari itu.
Setelah menyelesaikan 1 putaran, baru saya dan rekan saya, Sulis, lebih serius meningkatkan kecepatan. Kami beriringan berusaha melatih endurance dan speed.
Ternyata tidak mudah juga untuk meraih kecepatan maksimal. Selain tadi jalannya yang “bertekstur”, angin yang berhembus di daerah Sentul cukup membuat berat kayuhan. Dan di beberapa segmen sirkuit memang ada yang nanjak tipis. Walaupun ada pula segmen yang turun tipis. Mengasyikkan sih kalau berpeloton. Jadi kita bisa bergantian menjadi wind breaker, sehingga bisa secara kolektif menghemat tenaga, dan mencapai kecepatan optimal.
Total sekitar 1.5 jam kita seperti hamsters memutari sirkuit. Total sekitar 40 km kita lalui. Dengan kecepatan rata-rata yang hampir mencapai 30 km/jam. Tidak secepat yang saya harapkan, but it was a good exercise.