
Akhirnya resolusi saya sejak dua tahun lalu tercapai. Saya akhirnya ikut triathlon.
Triathlon beneran. Bukan golf triathlon. Atau virtual triathlon. Hal ini kejadian di Belitung Triathlon 2022.
Kilas balik sebentar. Saya termasuk “atlit COVID”. Yaitu sekumpulan orang-orang yang giat berolahraga sejak COVID melanda. Saya sudah cerita juga di blog ini sebelumnya, kalau saya baru mulai belajar berlari saat periode lockdown awal COVID. Karena tidak bisa menjalani olahraga kegemaran saya seperti bersepeda dan golf, maka lari menjadi pelariannya (pun intended).
Setelah mulai menggemari lari, saya pun jadi berniat untuk ikut triathlon. Karena toh saya sudah hobi bersepeda. Dan berenang, bahkan di laut, sudah saya jalani sejak saya kecil dulu di Bontang.
Jadilah kemudian saya membeli sepeda road bike. Berlatih renang non stop di atas 1.000 meter. Dan terus menekuni lari sampai ke jarak half marathon.
Tahun lalu sebetulnya sudah pernah mendaftar untuk ikut Palembang Triathlon dan Belitung Triathlon. Yang Palembang dibatalkan karena COVID sedang ganas-ganasnya di bulan Juli. Sedangkan yang Belitung saya urungkan ikut karena kesibukan. Dan ternyata ada untungnya, karena infonya, swim leg di event ini dibatalkan karena cuaca buruk dan kondisi laut yang tidak baik. Kurang lengkap rasanya kalau tidak pakai swim leg.
Tahun ini saat mendaftar saya sempat galau. Ikut yang Standard Distance (1,5 km berenang, 40 km sepeda, dan 10 km lari) atau Sprint Distance yang jaraknya setengahnya (750 meter berenang, 20km sepeda dan 5 km lari). Sebetulnya kalau dalam latihan saya kira saya mampu untuk ikut yang Standard Distance. Tapi karena akhir-akhir ini fitness level saya kurang terjaga karena kurang latihan, maka saya putuskan untuk ambil yang Sprint Distance saja.
Dan Alhamdulillah memang keputusan saya tepat.
Karena pada saat awal swim leg, saya menyadari pengalaman mengikuti real triathlon itu memang perlu. I struggled big time.

Swim leg, yang merupakan pengawal dari lomba triathlon, dilakukan di pinggir pantai hotel Sheraton Belitung. Pantainya cakep. Dan relatif dangkal. Untuk area lomba pun airnya jernih dan tidak berombak pagi itu. Saya sebagai anak yang dibesarkan di pinggir laut, dan berenang di laut merupakan aktifitas mingguan, melihat laut di pantai ini sebagai my playground. Senang sekali bisa berenang lagi di laut. Di pagi-pagi sebelum start pun, saya sudah mencoba untuk berenang beberapa meter.
Tapi saat lomba dimulai, semuanya berubah. Start dilakukan dari pinggir pantai. Sebanyak sekitar 70 orang peserta lomba kategori Sprint Distance berlari berbarengan menuju laut. Sampai di laut kita langsung berenang menuju balon oranye pertanda 250 meter yang terletak di tengah laut.
Entah karena saya over excited, atau merasa kaget dengan suasana start yang frantic, saya seperti mengalami panic attack. Belum sampai 100 meter berenang sudah kehabisan nafas. Saya akhirnya berhenti dan water treading beberapa saat sambil mencari nafas dan mengumpulkan energi. Sempat terbersit pikiran untuk menyerah. Karena saya seperti merasa badan kurang fit. Tenaga habis. Dan pikiran buruk tenggelam juga terlintas. Jadi ingat istri dan anak-anak 🙂

Tapi karena sampan panitia terletak agak jauh, saya akhirnya mencoba dulu berenang dengan gaya dada. Ternyata dengan gaya ini, saya bisa perlahan mengumpulkan energy, dan kembali melanjutkan lomba. Walau dengan pace yang lambat. Dalam hati, “untung saya tidak ambil Standard Distance.. bisa mampus.. “
Akhirnya di 250 meter terakhir saya baru bisa kembali meneruskan lomba dengan gaya bebas. Swim leg pun selesai. Sesampainya di pinggir pantai, hal pertama yang saya lakukan adalah menengok ke belakang. Ternyata masih banyak peserta lain yang tertinggal di belakang. Hehehe aman. Lanjut.
Satu hal lain yang saya pelajari dari pengalaman pertama real triathlon ini adalah untuk mempercepat masa transisi. Satu masalah kecil, misalnya bagaimana menyematkan nomor BIB tidak terpikirkan oleh saya. Saya cukup disibukkan dengan peniti kecil untuk memasang nomor BIB. Sementara peserta lain yang sudah lebih berpengalaman, ternyata berbekal sabuk kecil, dimana nomor BIB sudah disematkan sebelumnya. Jadi tinggal pasang sabuk ‘klik’, jalan! Next time better.
Leg berikutnya, cycling leg, berjalan normal. Karena ya seperti gowes biasa saja. Jaraknya 20 kilometer. Melewati jalur aspal Belitung Utara yang cukup mulus dan lalu lintas yang sepi. Pemandangan cukup asyik, karena melintasi pantai dan daerah pelosok tanpa bangunan. Sedikit melelahkan karena jalur cukup banyak kenaikan elevasi, walau tipis tipis.

Akhirnya saya kemudian sampai di running leg. Rute lari ini bervariasi. Melewati jalanan gravel di tengah hutan tanaman sekitar hotel. Tapi tantangan terberat adalah di jalanan aspal yang terik dan cukup berelevasi. Sempat agak berat di awal, akhirnya saya berhasil menata cadence dan nafas dengan mengikuti langkah pelari di depan saya yang cukup stabil. Ternyata hal ini membantu saya membangun kondisi lagi, dan mempercepat pace dengan stabil.
Saya pun akhirnya finish strong. Menyalip beberapa pelari di 500 meter terakhir. Mencatatkan pace yang cukup lumayan di running leg. Sampai garis finish rasanya saya masih bisa untuk lari 5 km lagi. Hehehe.

Catatan waktu resmi saya di Triathlon kali ini kalau dilihat ya berada di tengah-tengah. Middle of the pack. Terus terang, from my competitive sense, saya kurang puas. Tapi kalau dipikir-pikir yang lumayan lah. Mengingat di awal lomba saya rasanya sudah hampir menyerah.

Jadi I’m looking forward for my next triathlon. Memperbaiki waktu dan peringkat. Dan mungkin kalau saya rajin latihan, akan mencoba standard distance. Harusnya bisa. Insya Allah.

One Comment Add yours