Return of The King

 

fifa_world_cup_2006_Banner-Rev

Semi-final Portugal v France - World Cup 2006

12 Agustus 2004. Peluit panjang dibunyikan. Perancis takluk 0-1 dari Yunani, pada perempatfinal Piala Eropa 2004. Hari itu juga, Zinedine Zidane, kapten Perancis mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional. Keinginannya untuk pensiun dari tim les blues dengan kejayaan buyar.

3 Agustus 2005. Patriotisme Zidane terusik. Perancis, yang babak belur di Piala Dunia 2002, dan secara mengejutkan dikandaskan Yunani pada Euro 2004, terseok-seok di babak kualifikasi Piala Dunia 2006. Perancis terancam tidak mendapat tiket ke Jerman. Pelatih Perancis, Raymond B. Domenech, seminggu sebelumnya secara khusus menelpon Zidane, dan membujuknya untuk kembali memimpin Perancis menyelamatkan peluang mereka. Zidane tak kuasa menolak. Bukan itu saja, ia juga berhasil menyakinkan Claude Makalele dan Lilian Thuram, dua rekannya yang juga merupakan mantan pilar tim nasional Perancis, untuk kembali membela les blues.

3 September 2005. Keputusannya untuk kembali memperkuat timnas Perancis tidak salah. Zidane memberi kekuatan dan kepercayaan diri pada tim Perancis untuk lolos ke Babak final Piala Dunia 2006.

25 April 2006. Sebulan sebelum Piala Dunia 2006 dimulai, Zidane mengumumkan rencananya untuk pensiun, tidak hanya dari timnas Perancis, tapi dari karirnya yang gemilang sebagai pesepakbola profesional. Zidane telah memenangkan segalanya, kompetisi liga domestik, piala liga domestik, Piala Champion, Piala Eropa dan Piala Dunia. Ia berharap pentas Piala Dunia 2006 akan menjadi pentas penutup karir yang gemilang. Sesuatu yang pada saat itu banyak diragukan oleh para pengamat, mengingat performa nya yang menurun di level klub, dan kondisi timnas Perancis yang dianggap ‘barang rongsokan’ karena banyak menampilkan pemain-pemain tua.

1 Juli 2006. Partai perempatfinal Piala Dunia 2006. Setelah tampil kurang menyakinkan di babak-babak awal, Zidane menjadikan stadion Frankfurt sebagai pentas ‘kembalinya sang raja’. Laksana ballerina, Zidane mengajari Kaka dan Ronaldinho keunggulan teknik, keluwesan gerak sekaligus kekuatan berseni yang dapat melumpuhkan lawan. Assist-nya menghasilkan gol Thierry Henry di menit 57. Brazil tunduk 0-1.

5 Juli 2006. Partai semi final Piala Dunia 2006. Melawan Portugal, Zidane kembali menjadi tokoh sentral. Di menit 33, wasit Larrionda dari Uruguay menunjuk titik putih setelah Carvalho menjegal Thierry Henry di kotak penalti. Menghadapi kiper Portugal Ricardo, ‘spesialis penghadang penalti’, Zidane mengeksekusi penalti yang sempurna. Pojok kanan bawah gawang Ricardo. Kendati Ricardo sempat menepis, kecepatan dan akurasi bola yang ditendang Zidane tak kuasa dihadang. Gol! Perancis dan Zidane kembali hadir di partai puncak Piala Dunia. Persis seperti 8 tahun yang lalu di Paris.

 

Zidane, seorang Perancis keturunan Aljazair, dapat dikatakan sebagai seorang legenda hidup pesepakbola di tahun 90-an dan awal millenium baru ini. Karena kewarganegaraannya yang ganda, di awal karirnya, Zidane sempat dilirik oleh timnas Aljazair, kendati kemudian ia ditolak oleh pelatih Aljazair saat itu, karena dianggap ‘tidak terlalu cepat’.

What a wrong decision.

Zidane akhirnya terpilih sebagai anggota timnas Perancis, dan melakukan debutnya pada tanggal 17 Agustus 1994. Pada saat itu Perancis sedang tertinggal 0-2 dari Republik Ceko. Zidane masuk sebagai pemain pengganti di menit 63, dan mengubah jalannya pertandingan. Ia mencetak 2 gol, dan berhasil membawa Perancis menyamakan kedudukan sampai peluit panjang dibunyikan.

The rest is history.

Partai final yang akan berlangsung di Berlin, hari Minggu ini merupakan partai final akbar yang ke 4 bagi Zidane. Pada 3 partai sebelumnya, Zidane selalu tampil sebagai seorang juara. Final Piala Dunia 1998 ia mencetak dua gol kemenangan Perancis atas Brazil 3-0. Final Piala Champions 2002 bersama Real Madrid, ia mencetak gol spektakuler (tendangan volley seorang Ballerina, menurut Guardian) yang membawa Madrid mengalahkan Leverkusen. Dan Final Piala Eropa 2000, Zidane membawa Perancis menghempaskan Italia, lawan mereka di Final Piala Dunia hari Minggu nanti. Di final akbar ke-4 nya, akankah sang raja kembali ke tahtanya, the place where he deservedly belong?

Mari kita kembali melakukan analisis teknikal, suatu analisis yang terbukti 100% ampuh di partai perempatfinal dan semi final.

Namun kali ini agak sulit untuk mendapatkan pemenang mutlak, karena statistik menunjukkan Italia dan Perancis sama kuat. Di pentas Piala Dunia, Italia memiliki rekor menang-kalah lebih baik atas Perancis (lihat Tabel 1). Namun apabila kita menyimak rekor pertemuan pada pertandingan-pertandingan resmi FIFA selama ini (lihat Tabel 2), Perancis sedikit lebih unggul dari Italia, termasuk yang terakhir adalah kemenangan mereka di Piala Eropa 2000.

Tabel 1. Statistik pertemuan Italia dan Perancis di Piala Dunia :

Ā  Italy (ITA) France (FRA)
4 Played 4

Tabel 2. Statistik pertemuan Italia dan Perancis di seluruh turnamen dan pertandingan resmi FIFA (termasuk pertandingan persahabatan):

 

Ā  Italy (ITA)Ā  France (FRA) Ā 
7 Played 7

Kesimpulannya, di saat analisis teknikal tidak bisa memberikan hasil yang konklusif, pertandingan akan diramalalkan berlangsung ketat dan seru. Mungkin sampai ke perpanjangan waktu ataupun adu penalti. Kekuatan kedua tim dapat dikatakan merata. Keduanya memainkan possession football yang dipadu dengan sepakbola menyerang yang dinamis. Di saat seperti inilah, biasanya seorang bintang akan menjadi ‘faktor pembeda’ dari kedua tim. Seorang bintang, seorang legenda, seorang raja seperti Zinedine Yazid Zidane.

Welcome back, Zizou. The stage is yours.

 

 

Leave a comment