
Setelah partai perempatfinal di Nizhny, saya kembali berkesempatan menyaksikan partai Piala Dunia 2018, partai semifinal antara Perancis melawan Belgia.
Kali ini, lagi-lagi saya menyaksikan tim ayam jantan, Les Blues, tampil sebagai pemenang dengan mengalahkan Belgia 1-0.
Saya tidak perlu bercerita mengenai jalannya pertandingan, karena pasti sudah banyak yang memberitakan. Tapi ada beberapa kisah menarik dari pengalaman semalam yang bisa saya ceritakan:
Deg-degan masuk Stadion
Semalam sebenernya saya masuk ke dalam stadion tidak memakai tiket atas nama saya. Tiketnya atas nama Rosa, istri teman saya Ubai, yang waktu fase pembelian tiket menggunakan namanya, karena komputer Ubai pada saat memesan tiket kita berdua bermasalah.

Peliknya ternyata tiket atas nama pembeli tidak bisa dipindah tangan kan. Nah lho.
Tapi berdasarkan informasi dari teman yang ada di Russia, sepanjang kita punya Fan ID, petugas tidak mencocokkan apakah tiket atas nama kita atau orang lain.
Saya juga baca di Trip Advisor kalau ada pengalaman serupa dari sesama pembeli tiket. Jadi semakin percaya diri deh memasuki stadion.
Dan Alhamdulillah, memang pemeriksaan lebih kepada pencocokan Fan ID dengan wajah kita, dan sama sekali tidak mencek kesesuaian Fan ID dengan nama di tiket. Hore! Masuk ke stadion!

Karnaval Sepakbola
Sampai ke dalam halaman stadion, saya menyaksikan kembali karnaval sepakbola. Ribuan fans sepakbola datang ke St. Petersburg dengan atribut sepakbola negaranya. Tidak peduli negaranya sudah gugur di babak sebelumnya, ataupun tidak mengikuti Piala Dunia (heloo, saya saja pakai jersey Indonesia?), semuanya dengan bangga mengenakan jersey sepakbola negara mereka, sebagai lambang identitas.

Seperti supporter tim Jerman ini. Walaupun timnya sudah dengan sangat mengecewakan gugur di fase awal, ia masih dengan bangga mengenakan baju dan bendera Jerman. Bahkan, rambutnya dicat merah kuning hitam lagi. Saya cuman bisa menjabat tangan dia dan berucap, “Feel sorry for your team, Germany“. Padahal dalam hati tertawa riang sambil ingat kakak saya di Jakarta. Hahaha.


Nah kalau ini rombongan keluarga dari Ekuador. Awalnya saya kira dari Kolombia, karena kostum dan warna benderanya kan sama.
Saya tegur, “Kolombiaaa!”
Si Ibu agak merasa terganggu dan cemberut membalas, “Nooo… we’re Ecuador! 🇪🇨 Not Colombia 🇨🇴!“
Untungnya saya langsung ingat pemain Manchester United, Antonio Valencia, yang berasal dari Ekuador.
Begitu saya menyebutkan “ooohh Valenciaaa”.. baru deh mereka semua senyum riang saat saya minta untuk berfoto.
Hahaha, ternyata usut punya usut, Kolombia dan Ekuador dulu adalah satu negara yang kemudian memisahkan diri. Yah mungkin sesama mereka memiliki love hate relationship seperti kita dengan Malaysia. Hehehe, ya maap!
Supporter Uruguay Masih Juaranya
Ya memang kemarin supporter dari dua tim yang berhadapan, Perancis dan Belgia, hadir dengan ribuan pasukan pendukungnya yng berbaju biru dan merah.


Tapi dari sisi fanatisme dukungan, tidak ada yang mengalahkan supporter Uruguay seperti yang saya saksikan di Nizhny Novgorodz. Supporter biru muda ini tak henti-henti bernyanyi, walau mereka sedang ketinggalan ataupun kalah.
Bandingkan dengan supporter Belgia, yang usai Umtiti mencetak gol tunggal kemenangan di Babak kedua, langsung terlihat loyo dan tak bersuara. Mungkin ini memang masalah mental yang membuat tim Red Devils yang notabene berisikan pemain kelas atas tidak sanggup menjuarai kejuaraan dunia.
Supporter Perancis memang terlihat seru dan bersemangat. Tapi tentu saja, kan mereka menang terus, jadi belum terlu teruji. Di Nizhny pun, menurut saya mereka masih kalah semangat dari tim Uruguay walaupun menang.
Kebanggaan dan Kegembiraan Warga St Petersburg
Di dalam stadion, saya duduk di sebelah seorang penonton warga Russia asli St, Petersburg. Namanya “Andrei”. Awalnya, saya kira ia adalah orang Belgia karena mengenakan wig kribo ala Fellaini dan jersey Belgia.

Andrei membela Belgia karena ia adalah fans Zenith St. Petersburg, dan salah satu pemain Belgia, Axel Witsel, selama 5 tahun bermain bersama Zenith.
Andrei sangat gembira mengetahui saya datang dari Indonesia. Dia bilang Piala Dunia ini betul-betul membahagiakan warga Russia. Karena berkatnya, banyak sekali tamu dari asing yang berkunjung ke Russia, suatu hal yang kalau tidak ada Piala Dunia akan terasa sangat sulit, karena prosedur imigrasi yang terlalu ketat.
“Our government is crazy. The bureaucracy here is crazy“, begitu serapahnya.
Dengan adanya Fan ID, ini semua dimudahkan. Pengunjung Piala Dunia otomatis mendapatkan visa masuk Russia, dengan berbekal Fan ID. Sungguh-sungguh memudahkan!
Menurut Andrei dengan ide jenius Fan ID tersebut dan terselenggaranya Piala Dunia ini, banyak turis dari manca negara yang berkesempatan mengunjungi negaranya, dan membuktikan bahwa negaranya cantik dan orang Russianya juga ramah-ramah! Setuju!
Satu kisah lucu juga diceritakan oleh Andrei mengenai stadion baru yang dibangun khusus untuk Piala Dunia ini. Terletak di pulau terpisah (reklamasi?), stadion megah ini disebut-sebut membutuhkan biaya yang luar biasa besar. Katanya hampir 10 kali dari biaya yang awalnya diperkirakan.
Di bawah ini penampakan stadion dari mall Pinterland (spot terakhir mobil bisa masuk), dan saya berpose saat usai pertandingan. Memang terlihat megah.


Warga St. Petersburg memiliki banyak meme dan guyonan mengenai mahalnya biaya pembangunan stadion ini. Salah satu yang ditunjukkan oleh Andrei lucu banget, menurutku.
Katanya, biaya pembangunan stadion ini jadi mahal sekali karena sebetulnya stadion ini hanyalah sebagian kecil (bagian atas) dari planet buatan Death Star (yang terkenal dari film Star Wars) yang tertanam di bawahnya, Hahaha, brilliant! 🤣. Di bawah ini meme-nya saya foto dari HP Andrei:

No Nainggolan = No Belgium!

Satu hal lucu yang kami juga temukan di dalam stadion adalah si fans pemain Belgia yang juga berdarah Indonesia, Radja Nainggolan. Kita tahu Nainggolan secara kontroversial tidak dipilih oleh Martinez ke dalam squad Piala Dunia 2018.
Saat ditanya oleh Ubai apakah ia membela Belgia, jawabannya mengejutkan.
Ternyata dia bukan orang Belgia. Dia orang Israel, dan seorang fans klub sepakbola Italia AS Roma. Fans ini sengaja mengenakan kostum AS Roma Radja Nainggolan sebagai bentuk “protes” kepada Martinez karena oemain kesayangannya tidak ikut berlaga di Russia. Dengan mengenakan kaos itu, dia mengharapkan Belgia untuk kalah dari Perancis. And guess what? That’s exactly what happened. Belgia kalah 0-1 dari Perancis dan harus kembali menerima kenyataan kalau generasi emasnya belum bisa disejajarkan dengan generasi emas Spanyol, misalnya. Protes yang manjur mas!
Demikian sekelumit cerita dari partai semi final pertama kemarin. Malam ini kita akan menyaksikan partai semi final kedua antara Inggris melawan Kroasia.Saya berencan untuk menontonnya di Fan Fest bersama segenap rombongan. Tunggu liputannya besok!