
Masih memanfaatkan waktu liburan singkat kita di Bogor, pagi ini saya dan Rafif memang berencana untuk gowes.
Bukan sekedar gowes cantik, tapi gowes epik. Yaitu menaklukkan salah satu rute favorit/legendaris goweser Jabodetabek: KM 0 SENTUL. Rute yang terkenal dengan tanjakannya yang pedes.

Sebelum berangkat ke Bogor, saya sudah merancang rute. Melalui aplikasi Strava, saya dapat mencari rute yang populer di kalangan goweser. Berangkat dari titik awal hotel di Royal Tulip, Gunung Geulis, menuju ke arah Sentul, lalu lanjut ke Bojong Koneng, lokasi pertigaan KM 0. Total jarak ditulis 31 km. Tak terlalu jauh. Tapi coba dilihat di perubahan elevasi. Sangat terjal.

Dan benar seperti itu adanya. Setelah meluncur turun dari Gunung Geulis sampai ke area Sentul, tantangan sebenarnya terdapat di tanjakan menuju Bojong Koneng. Tanjakan dengan grade 6-7% dalam jarak 10km. Hasilnya: tanjakan terjal yang pedes.
Rafif yang akhir-akhir ini kalah intens dalam berolahraga sepeda dibanding saya, terlihat kesulitan mendaki tanjakan. Otot pahanya sempat keram. Jadi berulang kali kita harus berhenti untuk beristirahat atau menuntun sepeda. Saya beberapa kali sempat menawarkan Rafif untuk berhenti. Lipat sepeda, cari ojek atau Grab untuk kembali ke hotel. Tapi ia berkali-kali menolak. “Kita coba aja Pah. Sudah sampai sini”.

Saya sendiri punya permasalahan sendiri. Tunggangan saya, si Batman CHPT3, bukan didesain untuk menanjak. Walaupun berbody ringan karena diet karbon, gear internalnya hanya 2 speed. Jadi untuk menanjak perlu power yang lebih besar.
Akibatnya kami berdua tertatih-tatih sampai ke Km 0. Lebih lambat 1 jam dari perkiraan awal.
Sampai di atas, dikomentari salah satu tukang ojek Km 0, “Kesiangan Mas. Yang lain sudah pada turun”
Saya jawab, “iya Kang. Kurang latihan”
Tapi tak mengapa. Yang penting target kita sampai ke Km 0 tercapai. Dan mengingat proses yang dilalui Rafif, sampai hampir berhenti, hal ini perlu jadi selebrasi. Menunjukkan sikap pantang menyerah merupakan DNA pemenang. Semoga pelajaran hari ini diingat Rafif dalam kehidupannya kelak. Menunjukkan sikap sebagai pemenang kadang lebih penting dari memenangkan pertandingan itu sendiri.
Dan kami berdua adalah pemenang hari ini. Walau kalau dilihat di pencapaian Strava hari itu, kami finish urutan paling belakang.

Saksikan vlog-nya di channel YouTube saya:
Mantaap. Pantang menyerah.